Hiruk pikuk dunia menyebabkan sempitnya bumi terasa nyata, kebahagiaan tak mungkin berjalan semulus itu. Tentang kemarin hanya menceritakan sedikit gambaran tentang hari pernyataan. Tentang Rara akan takdirnya, dan Chenle dengan kenyataannya.
Malam minggu ini, mereka duduk di tengah ramainya pengunjung di bazzar malam itu.
"Rame banget, dah" keluh Rara sambil memandang kanan kiri sekitarnya yang begitu ramai lalu lalang orang banyak.
Chenle yang masih setia mengeganggam tangannya sambil memasukkan satu tangannya ke saku celananya hanya berdehem kearah lawan bicaranya.
"Kalo sepi mah kamar gue, Ra" jawab Chenle membuka suaranya.
"HAHAHA KASIAN BANGET NOLEP YA" genggaman pada tangan Chenle terlepas, menghadirkan suasana kesadaran bahwa sedari tadi mereka bergandengan.
"Kok di lepas?" tanya Chenle sambil tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya kearah tangannya.
"Eh-" canggung, tiba tiba saja. Tidak ada permulaan juga tidak ada permintaan.
"Lemah, masa gitu doang salting." Chenle tertawa ringan seraya kembali menggandeng jari mungilnya Rara.
"Enak aja!" Rara memukul pelan lengan Chenle, pemuda itu kemudian ber pura pura kesakitan. Asmara yang indah nan ringan.
Mereka berdua berjalan sambil tertawa dan berbincang kecil, sesekali keduanya saling memberi candaan yang membuat masing masing tertawa lepas.
Setidaknya, pilihan kali ini tidak buruk bagi Chenle. Setidaknya paksaan kali ini bisa membantunya bangkit sedikit, dan setidaknya — ia masih bisa bersama dengan harapannya.
Chenle melihat pedagang boneka di penghujung sebelah kanan nya, inisiatif nya muncul. "Lucu, Rara suka kayanya" gumamnya pada idenya tadi.
"Ra, bentar ya. Lo jangan kemana kemana." Ucapnya melepaskan gandengan tangannya, tersenyum kemudia beranjak pergi.
Rara mengangguk kecil, berfikir bahwa Chenle ingin ke kamar kecil. Kan, tidak mungkin juga ia ikut bukan?
Pandangannya sedari tadi berubah ubah, cukup ramai tempat ini. Banyak para sandingan yang bercanda tawa ria, lucu pikirnya.
"Rara, ya?" Tegur lelaki bertubuh tinggi dengan sebelah tangan di kantung celananya.
Sang pemilik nama melirik ke arah sumber suara tadi, terkejut karna tak ada bayangan kehadirannya. Sedikit rasa panik muncul di lumbung dada Rara, dengan pikiran pendek ia buru buru berdiri.
"Kenapa harus dateng, sih."
"Eh," Rara mendongak kan kepalanya, tidak ada ekspetasi bahwa sosok di depannya adalah
Vero, mantannya.
"Lah? Vero?" Ucap Rara yang berdiri berhadapan dengan vero didepannya.
Oh iya, ini vero
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Kelas | Zhong Chenle [ ✓ ]
Fanfic"Ra, ra, ra" "Apaan si" "Rambutan" Cerita dari 2 remaja dikelas yang hobinya berantem, eh tapi malah jadi naksir? Bener ga nih? ✨! Just fiction ✨! Possible harsh word ✨! Author's imagination -cluumsygurl ; 2020 start ; 30 mei 2020 1st up ; 29 juni 2...