💕11💕

83 8 2
                                    


Seorang perempuan mengerjapkan matanya sembari menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan mengerjapkan matanya sembari menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia menelisik sekitar dengan tatapan kebingungan. Matanya melebar mendapati dirinya memakai pakaian rumah sakit, ia semakin terkejut saat meraba perutnya.

"B- bayiku! Di mana bayiku? Kembalikan anak-anakku!" serunya dengan histeris. Teriakannya membuat para tenaga medis dan temannya memasuki kamar. Mereka berusaha menenangkannya.

"Tenanglah, Nis. Kamu baru saja kecelakaan," ucap Sekar sambil merengkuh Anisa.

"Bayiku ... di mana?" tanya Anisa dengan suara kecil. Sekar menatap nanar Anisa. Ia tidak tahu harus menjawabnya bagaimana.

"Sekar? Jawab aku! Anakku di mana?" hardik Anisa sambil menguncang tubuh Sekar.

"Maaf, Bu, 2 bayi Anda tak bisa kami selamatkan," jawab salah satu perawat yang membuat Anisa terdiam.

"Apa? Anakku? Tidak ... gak mungkin!" Anisa mengacak-acak rambutnya frustrasi sembari menitikkan air mata. Tak ada suara dikeluarkan. Tiba-tiba ia teringat Arfan.

"Mas Arfan bagaimana? Dia baik-baik saja, kan?" Anisa bertanya dengan tatapan penuh harapan.

Dimas menelan salivannya lalu melirik Sekar. Berat hati mengatakan kondisi Arfan kepada Anisa yang kehilangan bayinya.

"Kenapa? Jawab aku! Kenapa kalian di—"

"Arfan koma, Nis."

Jawaban Dimas menyadarkan Anisa bahwa dirinya kini sendirian. Ia menundukkan kepala dan terdengar isakan kecil dari bibir kecilnya. Sekar dan Dimas tak bisa berbuat apa-apa da  mereka memilih meninggalkan Anisa. Sekarang Anisa butuh waktu untuk sendiri itulah Sekar pikirkan.

***

Di ruang inkubator, Deon dan Aurel memantau kedua bayi di dalam sana. Sudah beberapa minggu berlalu semenjak kecelakaan tersebut, kedua bayi itu juga entah bertahan sampai kapan. Namun, Deon berharap bayi kembar itu bertahan hidup dan tak menyusul kedua kembarannya.

Pintu terbuka menampakkan Dimas dan Sekar. Deon menyadarinya pun melirik mereka sekilas. 

"Bagaimana? Anisa sudah sadar?" tanya Aurel.

"Iya, sudah," jawab Sekar, "hanya saja dia butuh waktu sendiri."

"Kamu tak mengatakan jika anaknya masih ada yang selamat?" tanya Deon sambil menatap lurus kedua bayi yang berada di dalam inkubator.

"Tidak, kita tunggu kondisi Anisa membaik baru kita bawa dia ke sini," balas Sekar.

Suara tangisan bayi mengalihkan perhatian mereka. Aurel dengan cepat mengendong bayi perempuan di inkubator. Bayi perempuan cantik yang mirip ibunya.

"Tenanglah, Nak. Sebentar lagi kamu akan bertemu ibumu," ucap Aurel dengan lembut.

***

Beberapa hari kemudian, Anisa mulai bisa beraktifitas. Walaupun makan masih disuapi oleh Sekar karena tangan Anisa belum bisa memegang sendok.

Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang