💫5💫

191 23 77
                                    

3 bulan kemudian, usia kandungan Anisa sudah memasuki 7 bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


3 bulan kemudian, usia kandungan Anisa sudah memasuki 7 bulan. Anisa masih tidak menyangka ia akan menjadi seorang ibu secepat ini. Ia ingat 7 bulan lalu bagaimana dirinya dijebak oleh orang asing.

"Yah, menyesalinya sekarang tidak ada gunanya mending aku fokus ke bayiku yang sebentar lagi akan lahir," ucap Anisa sambil mengelus perutnya yang kian membuncit bulat. Daripada rasa penyesalan ia malah merasa senang dan hatinya seperti berbunga-bunga setiap memikirkan anak-anaknya yang imut akan lahir.

Anisa memenjamkan matanya sembari menghembuskan napas berulang kali ia melakukannya lalu berpikir, "Sekali lahiran, Nis langsung 4."

Selalu terlintas di benak Anisa membayangkan bagaimana nasibnya yang akan melahirkan bayi kembar, tetapi masalahnya kembar empat. Sekali lagi dipertegas EMPAT. Entah apa Anisa sanggup dan bisa melewatinya. Hal ini memang sudah ia bicarakan dengan Arfan, tetapi lelaki itu meyakinkannya berulang kali semuanya akan baik-baik saja.

"Mama, Anisa rindu," lirihnya sembari memenjamkan matanya. Niatnya cuma memenjamkan mata, tetapi malah ketiduran di sofa.

***

Di Jakarta tepatnya di kediaman Rahman. Tampak semuanya berkumpul, tetapi atmosfer di rumah tersebut sangatlah suram akhir-akhir ini.

Ferri– papa Anisa meletakkan surat ditangannya di meja. Ia memijit kepalanya sembari mondar-mandir memikirkan nasib putri satu-satunya yang sudah tidak ada kabar lagi. Begitu pula dengan Andhika, pria itu sama pusingnya dengan Ferri karena sudah 3 bulan berlalu, tetapi mereka tidak dapat menemukan Arfan dan Anisa. Biasanya jika mereka menghilang mereka bisa melacaknya dan mudah menemukannya. Akan tetapi, keadaan sekarang tidak memungkinkan.

"Arfan pasti sudah melakukan sesuatu sampai kita kesulitan melacaknya," ujar Andhika sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

"Tapi, 7 bulan lalu kita masih bisa melacaknya sebentar," kata Mira– kakak Arfan sambil mengendong putrinya.

"Bentar aja itu lalu hilang lagi dan sudah tidak bisa dilacak lagi entah apa yang terjadi," balas Roni– kakak Anisa.

"Bagaimanapun menurutku telah terjadi sesuatu pada alat pelacaknya yang ada di ponsel Arfan," ucap William– suami Mira. Sontak semua mata tertuju kepada William.

"Apa maksudmu?" tanya Vivian dengan raut wajah khawatir.

William berdeham sebentar lalu berkata, "Ada dua alasan yang bisa ku prediksi. Pertama, Arfan yang mengganti ponselnya atau membuang alat pelacaknya dari ponselnya dan kedua, malam terakhir kita bisa melacaknya telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."

Mendengar penjelasan William membuat semua orang terdiam tak bisa berkata-kata. Jika opsi kedua benar adanya terjadi maka kemungkinan terburuknya mereka telah tewas atau hidup dengan kekurangan. Namun, jika itu opsi pertama mereka tidak heran mengingat karakter Arfan seperti apa.

Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang