8; confess

1.1K 194 84
                                    

“setelah hujan badai datang, akan selalu ada pelangi dipenghujungnya.”












"A-apa yang kau lakukan disini?!"

[Name] tak kuasa menahan rasa malunya, bahkan wajahnya sudah Semerah tomat, apalagi tubuhnya yang terasa nyeri akibat tubrukan. Dan juga bola-bola yang [name] bawa sudah berserakan tak tentu arah.

"[Name], Seharusnya aku yang bertanya. Kau tak apa???"

Kozume Kenma bertanya sambil mencoba duduk, membiarkan [name] dipangkuannya sejenak, walau tubuh Kenma juga terasa sakit. Namun ia yakin [name] yang paling merasa kesakitan apalagi ditambah terkejut tadi.

"Haaa! Maaf, Kozume senpai! Seharusnya tak seperti ini! Tubuhmu pasti sakit."

[Name] berusaha duduk sendirinya, harus ia paksakan untuk sebisa mungkin menghindari kontak fisik dengan Kenma. Namun pria itu lebih dulu menahan tubuh [name] agar tetap pada posisinya.

"Diam dulu, [name]"

"A..apa—"

Bibir [name] lebih dulu di bungkam dengan telapak tangan Kenma. Membuat gadis itu kini lebih ketakutan dibanding malu.

"Ada yang datang."

Benar saja, terdengar suara langkah sepatu. Dan selanjutnya yang terdengar adalah suara derit pintu ditutup, bahkan suara kunci gembok yang agak terdengar rusuh. Pastilah ada penjaga sekolah yang sedang mengunci gudang. Mata Kenma membulat sempurna, begitu pula [name]. Gadis itu berusaha agar bisa bersuara, namun tenaga Kenma lebih besar daripada ukuran tubuhnya. Membuat [name] mau tak mau tetap diam.

"Tenanglah, pasti kita bisa membobol kuncinya."

Bisik Kenma enteng, membuat [name] melempar tatapan datar padanya. Sedangkan pria itu hanya tersenyum.

"Dia sudah pergi, kau boleh turun."

[Name] sesegera mungkin menjauhi Kenma, seperti kucing ketakutan.

"Maaf, [name]. Aku membuatmu terluka."

Pria itu mendekati [name]. Hendak memeriksa keadaan gadis itu. Namun [name] menolak dengan tangan tanda 'stop'. Membuat Kenma melemaskan bahunya, lalu menurut saja tidak mendekati [name].

"Seharusnya aku yang bilang begitu, aku menindihmu, kalau aku sakit pasti kau lebih."

Ucap [name] dengan suara rendah. Ia benar-benar khawatir, sungguh. Apalagi bertubrukan dengan keras seperti itu. Sedangkan Kenma hanya tersenyum.

"Tubuhku tidak lemah, [name]"

Jawab Kenma, mau tak mau sang gadis hanya mendecih lalu mengangguk paham. Kenma menatap pintu gudang yang terkunci.

"Lalu bagaimana?"

"Apanya?"

"Kita terkunci, senpai."

"Aku sepertinya punya kawat."

Kenma bergegas mencari sesuatu pada kantong celananya, namun nihil sudah 2 menit ia merogoh, tak mendapat apapun. [Name] hanya terkekeh pelan.

the best for you; Kozume KenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang