14; stu p i d

856 141 35
                                    

"kita akan selalu dapat bertemu kembali."

"Mafia yang kau ceritakan..?" Tanya [name] dengan nada bergetar.

Kenma mengangguk, dengan cekatan melepas jaketnya. Seperti biasa, ia memberikannya pada [name]. Gadis itu awalnya menolak, apalagi Kenma hanya memakai kaos polos sekarang, udara malam ini lumayan dingin. Namun pada akhirnya tetap memakai karena Kenma memaksa.

Sehari yang lalu, Kenma menceritakan semua pada sang gadis. Dari mulai setelah insiden di gudang sekolah, sampai bagaimana ia kabur bersama ibunya. Saat ini sang ibu berada di kampung halaman, sedangkan pria berambut pudding ini lebih memilih mementingkan gadisnya serta turnamen minggu depan.

"[Name], dengar aku."

Kenma memegang kedua bahu gadis itu, menatap manik matanya lekat lekat. Sungguh, [name] takut melihat kilatan pada mata setter nekoma itu. Seperti kucing yang siap bertarung.

"ekspresimu seperti menggambarkan bahwa aku ini orang jahat, [name]."

"Ah- ..maaf terbawa suasana."

Pria itu sedikit terkekeh, suasana sedikit mencair akibat tingkah lugu sang gadis. Kenma mengelus surai cantik milik gadisnya. Begitu pula sang gadis yang sedikit tersenyum.

"[Name], sepertinya incaran mereka adalah aku."

Air muka [name] berubah drastis, ia mencengkram lengan Kenma, lalu menggeleng tanda tak setuju.

"Aku tau isi pikiranmu, jangan lakukan!" Titahnya,

"Aku tak mau menyeret kalian kedalam masalahku, [name]."

Gadis itu menggeleng lagi.

"Jangan.." suara gadis itu mengecil, "..bahkan Miura san dan suaminya tak akan suka ini."

Ia memeluk sang pria dengan erat.

"Dengar aku kali ini saja, kumohon." Pinta sang pria, namun gadis itu kukuh menggelengkan kepalanya. Enggan melepas Kenma. Pria itu membalas pelukan [name], dan satu tangannya merogoh kantung celana.

"Maaf [name], aku tidak mau melakukan ini, tapi aku terpaksa.."

Awalnya Mizuru [name] tak paham apa maksud Kenma. Namun saat sebuah benda yang sangat tirus dan runcing menembus kulit lehernya, matanya melebar, kepalanya terasa berat, matanya berkunang-kunang.

"Urusan Miura san dan suaminya, serahkan padaku. Selamat malam."

Ia berusaha mendongak, menatap Kenma yang baru saja menyuntikkan obat tidur padanya dengan ekspresi merasa bersalah. Selanjutnya, tubuhnya terasa lemas sampai-sampai hampir ambruk jika Kenma tidak menangkapnya. Lalu dunia ini seakan menjadi gelap dan sunyi.

Sial, ia menyesal memeluk pria ini.

***

"Suna, sampai kapan kau ingin mengurusi bunga? Ingin jadi Cinderella?"

Pria berambut pirang dengan postur tubuh bongsor itu berbicara pada pria sipit di depannya, yang sibuk merapikan bunga di toko milik neneknya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

the best for you; Kozume KenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang