"Apakah perlengkapan kita sudah kau bawa semua?"
"Sudah aku bawa, Lady. Kau tidak perlu khawatir."
Mendengar panggilan Leedo padaku membuatku memutar bola mata kesal. Ia selalu tahu cara membuatku kesal, dan dengan memanggilku 'Lady' adalah jawabannya. Padahal aku paling tidak menyukai panggilan itu, namun ia kerap memanggilku begitu. Terutama secara sengaja supaya aku kesal.
"Kalau begitu, ayo kita pergi. Kita sudah sarapan dan sudah disiapkan bekal juga. Aku pun sudah berpamitan dan keluargaku sudah membiarkanku pergi. Mari berhenti menyia-nyiakan waktu lebih lama lagi."
"Baik."
Leedo menyetujui ajakanku lalu ia naik ke atas kudanya, menyusulku yang sudah duduk manis di atas kuda. Daripada naik kereta kuda, kami memang lebih memilih naik kuda saja. Supaya lebih gampang melewati tempat-tempat yang sempit dan medan yang tidak mendukung. Aku dengar jalan menuju reruntuhan utara tidaklah mudah. Terutama karena di sana tersimpan kekuatan magis yang besar karena menjaga pedang suci.
"Adik-adikmu sangat lucu ya. Wajar saja mereka tidak dikirim untuk menjadi ksatria. Kau tampak terlalu berbeda dengan adik-adik dan orangtuamu. Jika kau mengatakan bahwa kalian bukan saudara kandung aku mungkin akan percaya," ucap Leedo memecah keheningan.
"Memang bukan saudara kandung."
Aku bisa merasakan tatapan Leedo yang tertuju padaku. "Kau pasti bercanda."
Aku terkekeh lalu menatap Leedo. Ia terlihat benar-benar terkejut. Padahal ia sendiri yang mengatakan bahwa ia tidak akan terkejut. Selain alasan sekelas dengannya, inilah yang membuatku betah berteman dengannya. Pada dasarnya aku bukanlah bangsawan, begitu pula dengan Leedo. Sehingga hanya dengan Leedo aku bisa bebas membicarakan apa saja tanpa harus menjaga citraku. Bahkan kalau boleh jujur, saking percayanya aku dengan Leedo, aku tidak keberatan untuk bermalam dengannya. Makanya hanya ia yang aku ajak.
"Terserah mau dianggap serius atau bercanda. Kau tahu bahwa aku tidak akan berbohong," ucapku yakin sekaligus mengakhiri percakapan.
Perjalanan dilanjutkan dan hanya diisi dengan obrolan santai. Tanpa terasa matahari pun meninggi. Kami berhenti sejenak untuk makan siang, sebelum kembali berjalan menuju tempat tujuan. Tempatnya memang sangat jauh, terlebih karena mansion Marquess Son berada di sisi selatan kerajaan. Tapi ini adalah perjalanan yang harus ditempuh untuk mendapatkan jawaban, serta mendapatkan kekuatan yang diimpikan.
Saat matahari terbenam, akhirnya aku dan Leedo sampai di depan sebuah hutan yang akan menjadi pintu masuk ke reruntuhan. Akhirnya tujuanku sudah di depan mata setelah berjam-jam perjalanan. Namun karena matahari sudah akan terbenam, kami tidak mau mengambil risiko dengan nekad masuk ke dalam. Jadi kami pun sepakat untuk berhenti di sini dan beristirahat untuk sisa hari ini. Besok pagi-pagi sekali barulah perjalanan dilanjutkan supaya tidak tersesat di hutan.
Beruntung tak jauh dari tempat persinggahan kami ada sumber air dan beberapa buah-buahan yang bisa dimakan. Leedo memutuskan untuk mengambil air sementara aku memanjat pohon untuk mengambil buah. Ini bukan pertama kalinya aku dan Leedo berada di alam liar. Selama bersekolah di akademi, ini adalah sebuah keharusan. Sebagai ksatria, aku harus terbiasa di alam liar dan harus pandai bertahan hidup dan kami semua sering dibawa ke hutan untuk belajar bertahan hidup sekaligus belajar bekerjasama. Makanya hal-hal seperti ini sudah refleks saja untuk dilakukan.
Di saat matahari sudah hilang dan digantikan bulan, Leedo menumpuk ranting-ranting kering serta benda-benda lainnya yang dibutuhkan lalu menyusunnya untuk menjadi sebuah api unggun. Leedo menguasai kekuatan magis dan elemen utamanya adalah api. Maka selalu menjadi tugasnya untuk membuat api unggun sejak dulu. Dan aku selalu iri padanya yang dengan gampang membuat api. Lihat saja ia hanya mengarahkan tangannya ke ranting-ranting kering tersebut dan api langsung menyambar ranting-ranting tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARYLLIS (ONEUS & ONEWE)
FanfictionNamaku Amaryllis. Aku adalah anak yang diadopsi oleh keluarga bangsawan yang terobsesi untuk menguasai kerajaan. Dengan berkat menjadi pemilik pedang suci, aku dilatih menjadi seorang ksatria. Dan keluargaku berniat menjadikanku ksatria yang akan me...