Suasana hati Yonghoon seharian ini sama sekali tidak baik, membuat suasana ruang kerjanya terasa sangat canggung dan dingin. Aku kira, perasaan Yonghoon akan membaik sehari setelah kabar perjodohannya terdengar. Tapi ternyata, ia masih tampak muram. Entah mengapa, aku pun tidak mengerti juga kenapa ia tidak langsung pulih setelah sehari berlalu.
Saat ini, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan di situasi seperti sekarang. Walaupun sosok Yonghoon tidak terasa jauh bagiku karena ia tidak terlalu mempedulikan tentang jabatan, tetap saja ia bukan temanku. Ia bukan Leedo yang bisa segera aku berikan hiburan saat sedang sedih. Aku yakin hubunganku dengannya tidak berjalan dengan cara seperti itu, jadi aku yakin aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Tiba-tiba saja Yonghoon berdiri setelah duduk sepagian ini sambil mengerjakan sesuatu. Aku dan Ravn langsung siaga menunggu perintah. Tampaknya Putra Mahkota ingin berjalan keluar untuk menyegarkan pikiran. Selama masih berada dalam tugas penjagaan, aku harus mengikuti ke mana pun Putra Mahkota pergi.
"Ravn, tolong berjaga di sini. Sementara Amaryllis, mari ikut aku. Saat ini aku sedang ingin menenangkan diri dan aku yakin hanya dengan penjagaanmu di istana yang aman ini sudah sangat cukup."
"Baik, Yang Mulia."
Aku bergegas mengikuti langkah Yonghoon dari belakang yang tampak tidak berniat menoleh ke belakang untuk menungguku. Aku tidak mengerti mengapa Yonghoon mengajakku, tapi untuk sekarang lebih baik aku turuti saja tanpa bertanya-tanya. Mungkin ada alasan khusus mengapa Yonghoon memilihku untuk menjaganya dan bukannya Ravn yang jauh lebih berpengalaman.
Langkah Yonghoon terlihat pasti menyusuri istana yang luas. Beberapa bangsawan yang berpapasan, yang kebetulan memiliki urusan di istana memberikan salam penuh hormat kepada Putra Mahkota. Namun hanya dibalas dengan anggukan singkat oleh Yonghoon. Tanpa terasa, langkah kaki kami berhenti di depan sebuah taman yang tersembunyi.
Ini kan tempat favorit sekaligus tempat rahasianya Yonghoon. Sepertinya kabar dijodohkan dengan Lady Patricia membuatnya harus menenangkan diri di tempat khusus seperti ini. Tentu saja sebenarnya aku tidak mengerti mengapa Yonghoon tidak menyukai perjodohan ini di saat Lady tersebut adalah saudari dari Seoho, seorang Lord Seoho yang terhormat. Rasanya tidak ada yang tidak merasa tersanjung jika mendapatkan kehormatan untuk berhubungan dengan keluarga bangsawan yang satu itu.
"Ryl."
Panggilan dari Putra Mahkota langsung saja membuatku kembali siaga. Ada apa ia tiba-tiba memanggilku, terlebih tanpa menoleh sedikit pun padaku? Aku benar-benar tidak pernah bisa mengerti dengan lelaki satu ini.
"Apakah kau menyukai hidupmu?"
Sebelum aku menjawab panggilannya, Yonghoon malah kembali bersuara. Aku menatap punggungnya tidak mengerti. Aku semakin bingung saja dengan pertanyaannya barusan. Namun, setelah beberapa saat pun, Yonghoon tidak lagi bersuara, tampak seolah benar-benar menunggu jawabanku.
Coba aku pikir mengenai pertanyaannya. Ia menanyakan apakah aku suka hidupku? Jika aku bandingkan dengan kehidupan saat aku masih kecil, jelas kehidupanku sekarang jauh lebih baik. Walaupun aku seolah terkurung, tapi aku mempunyai keluarga, aku mempunyai dua adik dan seorang ibu. Aku juga punya seorang sahabat yang baik sekali padaku. Walaupun masa depan dipenuhi ketidakpastian, aku tidak merasa buruk dengan hidupku sekarang. Terutama sekarang aku pun sudah memiliki pekerjaan dan dapat menopang hidupku sendiri meski pada dasarnya ini bukanlah hal yang aku inginkan.
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku menyukai hidupku, tapi aku tidak membencinya," jawabku sekadarnya.
Yonghoon tiba-tiba berbalik. Aku merasa ia sedang menilaiku, mengingat ia memandangku dari atas ke bawah, lalu menatap lama pada kedua mataku. Setelahnya tiba-tiba saja senyum terulas di wajahnya. Sebuah senyuman yang tampak sedih, seolah di dalam dirinya terdapat penderitaan yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARYLLIS (ONEUS & ONEWE)
FanfictionNamaku Amaryllis. Aku adalah anak yang diadopsi oleh keluarga bangsawan yang terobsesi untuk menguasai kerajaan. Dengan berkat menjadi pemilik pedang suci, aku dilatih menjadi seorang ksatria. Dan keluargaku berniat menjadikanku ksatria yang akan me...