16. Berbaikan

42 11 5
                                    

Musim panas bersama Yonghoon berlalu seperti mimpi dan tanpa ada yang menyadari, musim gugur datang. Aku banyak melakukan tugas pengawalan selama musim gugur dan ini tepat musim gugur kedua aku di istana. Rasanya terdapat banyak sekali perubahan, baik diriku, Yonghoon, maupun orang-orang di sekitarku.

Musim gugur terasa seperti hanya singgah, karena sekali kedipan mata, musim gugur sudah berakhir. Aku kembali melakukan persiapan ekspedisi. Kali ini aku tidak terlalu merasa tegang seperti tahun lalu, karena ini merupakan pengalaman yang kali kedua. Bagiku, ekspedisi tidaklah terlalu menyeramkan.

Toh, aku melakukannya bersama yang lain. Para ksatria hebat akan lebih dulu mendeteksi bahaya dan menangani hal-hal sulit. Terkadang, aku hanya tinggal melakukan sisanya dan memastikan Yonghoon aman. Lagi pula, tampaknya Yonghoon sudah tidak memerlukan perlindungan dariku lagi.

Gerakannya sudah tampak luwes, seolah pedang sudah menjadi satu dengan dirinya. Aku harus membanggakan diri karena ia semakin pandai berkat diriku yang melatihnya setiap beberapa malam sekali. Kalau dibandingkan dengan kemampuannya dulu, lelaki itu sudah jauh lebih berkembang.

Ia tidak lagi seorang Putra Mahkota yang rendah diri, yang merasa dirinya tidak memiliki kemampuan. Sekarang menurutku Yonghoon sudah lebih percaya diri dan hal itu terpancar di kedua matanya yang tidak menerima cemoohan lagi. Kali ini, ia sudah menjadi Putra Mahkota yang disegani, dan aku benar-benar bangga akan hal itu.

Ngomong-ngomong, kalau bicara tentang ekspedisi, aku juga akan banyak sekali bersinggungan dengan Leedo. Apakah hal itu membuat hubunganku membaik? Sayangnya tidak. Ia semakin jauh dan jauh. Aku merasa ditinggalkan sendirian dan mulai membuatku tidak lagi merasa sedih.

Mungkin karena hidupku singkat, aku jadi tidak terlalu memusingkan hal-hal kecil seperti itu. Pada akhirnya orang-orang akan datang dan pergi. Seluruh yang ada di hidup ini hanyalah fana, dan aku tahu betul akan hal itu. Makanya, kepergian Leedo dari hidupku pun seharusnya bukan hal yang besar.

Aku tidak memiliki masa kecil yang membahagiakan, jadi aku tidak memiliki ekspektasi yang besar pada orang lain. Aku tidak mengetahui sosok orangtua kandungku, bahkan hingga sekarang. Aku pun tidak mengetahui apakah aku memiliki saudara. Maka, aku tahu betul bahwa menaruh harapan pada manusia adalah hal yang sia-sia.

Justru, karena aku tidak menaruh harap pada orang lain, aku bisa terus hidup dan bertahan. Aku bisa terus berdiri tegak tanpa ada yang bisa menggoyahkanku. Aku juga terbiasa sendirian, sehingga dijauhi seseorang tidak lagi membuatku sedih maupun kepikiran.

"Tahun ini kau terlihat lebih santai, Ryl."

Saat angin sore di akhir musim gugur berembus, terdengar suara Yonghoon mengalun. Maksudnya pasti tentang ekspedisi besok. Tampaknya tahun lalu aku terlalu tegang sehingga sosokku yang tampak tenang malah mengejutkannya.

"Ini bukan lagi yang pertama, aku tidak lagi merasa gugup, Yang Mulia," jawabku atas pernyataannya.

"Besok tepat hari pertama musim dingin. Pekerjaan kita akan banyak sekali," keluh lelaki itu sembari membereskan berkas-berkasnya dari atas meja kerja. Tampaknya, ia telah menyelesaikan pekerjaannya sepanjang tahun karena besok kami semua akan pergi.

"Yang Mulia tidak perlu khawatir. Aku pasti akan melindungi Yang Mulia seperti biasa," ucapku serius.

Yonghoon malah tertawa sebagai balasan. Ia membereskan sisa barang-barangnya yang lain di atas meja kerja lalu beranjak berdiri dan melangkah ke depan jendela. Padahal angin musim gugur sudah menggigit, tidak seharusnya lelaki itu malah berdiri di depan jendela.

"Anda bisa sakit jika berdiri di dekat jendela, Yang Mulia," ujarku mengingatkan sembari menyusulnya.

"Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Aku sudah bertambah umur setahun dan aku adalah lelaki dewasa yang tidak akan gampang sakit. Lagi pula aku sudah sakit saat musim gugur ini, aku tidak mungkin sakit lagi."

AMARYLLIS (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang