5. Ksatria Putra Mahkota

121 35 45
                                    

Suasana istana langsung gempar saat Marquess Son mengumumkan bahwa aku adalah pemilik pedang suci tepat setelah aku menyelesaikan sumpah menjadi ksatria. Jelas saja keluarga kerajaan yang menghadiri dan menerima sumpah ksatria kami langsung terkejut dan menolak percaya. Fakta bahwa putri sulung keluarga Marquess menjadi ksatria saja sudah mengejutkan, tidak usah ditambahkan dengan fakta bahwa putri sulung tersebut merupakan seseorang yang hadir tidak di setiap masa, lebih tepatnya seseorang yang mendapatkan berkat luar biasa hanya di masa-masa tertentu saja.

Mungkin mereka akan lebih terkejut lagi jika tahu bahwa putri sulung Marquess itu sebenarnya bukan putri kandungnya, tapi biarlah, aku tidak ingin merusak kebahagiaan ayah angkatku. Kembali ke topik, Raja benar-benar terkejut sehingga langsung meminta bukti. Aku diminta maju ke depan, dan salah satu ketua pasukan diminta untuk melukaiku. Bayangkan saja, ketua pasukan langsung yang harus turun tangan. Tampaknya, Raja memang ingin membuktikan apakah aku sungguh-sungguh seperti yang dikatakan oleh Marquess Son. Makanya ia ingin aku terluka dan langsung menyembuhkan diri tepat di hadapannya.

Walaupun perintah untuk melukaiku sebenarnya sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan, perintah Raja adalah absolut. Terutama, seorang ketua pasukan sama sekali tidak boleh menolaknya karena ia sudah bersumpah untuk mengabdikan dirinya pada Raja. Maka, lelaki yang jauh lebih tua dariku itu mengeluarkan pedangnya sembari melangkah mendekatiku. Sebagai respon, aku sengaja tidak melawan dan membiarkannya melukaiku. Alhasil, luka sabetan langsung tertoreh di lenganku. Seragamku pun robek dan darah sempat menetes dari luka tersebut. Tapi sebelum tetesan darah itu menyentuh tanah, lukaku sudah menutup diiringi dengan cahaya yang seolah menjadi penyebab lenganku sudah baik-baik saja. Aku berhasil membuktikan bahwa aku memang pemilik pedang suci.

"Fantastis sekali! Aku tidak menyangka bahwa pemilik pedang suci benar-benar ada. Terlebih, dilahirkan di saat aku hidup! Ini benar-benar mencengangkan. Tampaknya kau selama ini sudah menunggu-nunggu saat yang tepat ya, Marquess? Kau sudah berjasa dengan memberikan kepada kami putrimu yang merupakan pemilik pedang suci!"

Raja beranjak dari singgasananya lalu melangkah turun ke lapangan. Jubahnya berkibar dimainkan oleh angin. Sosoknya yang terlihat luar biasa itu tahu-tahu saja sudah berdiri di depanku. Seorang Raja memang selalu memiliki aura yang berbeda, dan didatangi duluan seperti ini bukankah sebuah kehormatan besar bagi rakyat biasa yang tidak memiliki darah bangsawan dalam tubuhnya? Ya, aku memang mendapatkan kesempatan luar biasa ini. Terima kasih atas takdirku.

"Berlututlah!" perintah pria itu.

Aku langsung menuruti perintahnya. Tanpa mengucapkan apa-apa aku sudah berlutut di depannya. Pria itu selanjutnya mengeluarkan pedangnya lalu mendekatkannya kepadaku. Aku nyaris menyangka ia ingin melihat lukaku menutup sendiri di depan matanya dengan menyerangku yang sedang tidak siaga ini. Namun yang ia lakukan benar-benar bertolakbelakang, yang membuatku merasa aku pasti masih bermimpi dan belum bangun.

"Aku nobatkan Lady Amaryllis Son menjadi ksatria untuk Putra Mahkota. Maukah kau bersumpah menggunakan pedangmu hanya untuk melindungi Putra Mahkota beserta kerajaan ini? Dan maukah kau bersumpah untuk melindungi Putra Mahkota dan kerajaan ini dengan menggunakan segala hal yang ada pada dirimu, termasuk takdir yang membawa berkat ini? Bahwa keselamatan kami semua jauh lebih berharga dibandingkan keselamatanmu sendiri?"

"Aku bersumpah," jawabku langsung. Walaupun ini mengejutkan, aku harus melakukannya. Ingat kan, bahwa aku memiliki hutang kepada Marquess Son dan aku harus menjadi ksatria Sang Putra Mahkota? Ternyata melakukannya gampang sekali. Aku yakin diam-diam Marquess Son pasti sedang menahan diri untuk tidak tersenyum puas karena rencananya berhasil.

Dalam sekejap, aku sudah dinobatkan begitu saja menjadi ksatria Putra Mahkota. Padahal ksatria yang lebih senior saja tidak akan memiliki kesempatan besar ini. Aku memang sangat beruntung. Dengan darah keturunan pedang suci yang aku miliki, segalanya menjadi mudah. Sebenarnya lucu jika diingat saat kecil aku harus berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Namun sekarang aku bisa mendapatkan apa saja dengan gampang. Terutama, dengan pedang suci yang kekuatannya di luar bayangan seluruh orang.

AMARYLLIS (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang