18. Acara Pertunangan

35 9 0
                                    

Acara pertunangan Yonghoon berlangsung dengan meriah. Bangsawan kelas atas turut hadir dan menyaksikan kedua keluarga ini bersatu. Meskipun terasa agak terlambat, pada akhirnya Yonghoon bertunangan juga.

Seharusnya pertunangan telah terjadi sejak mereka masih berusia belasan tahun. Namun karena beberapa alasan, baru bisa terlaksana ketika keduanya telah beranjak dewasa. Pada akhirnya, ini memang tetap dilakukan untuk memperkuat posisi masing-masing keluarga.

Aku melakukan tugas pengawalan hari ini. Aku berjaga tak jauh dari sisi Yonghoon selama acara berlangsung. Memang, ada rasa sesak saat melihat Yonghoon bersama Patricia di tengah-tengah aula istana. Karena mereka begitu cocok untuk satu sama lain, membuatku semakin merasa rendah diri.

Yonghoon adalah lelaki tampan nan rupawan. Patricia adalah gadis cantik nan jelita. Mereka terlihat begitu cocok saat berdiri bersisian, seolah telah ditakdirkan bersama sejak mereka lahir, seolah kebersamaan mereka adalah hal yang seharusnya terjadi.

Aku tahu, aku memang tidak akan pantas untuk Yonghoon. Berharap pun seharusnya tidak pantas. Tapi karena pernyataan dan ciumannya tempo hari, pikiran dan perasaanku sukses dibuat kacau. Aku ingin menjauhinya untuk membuang perasaanku jauh-jauh, tapi ia malah semakin mendekat.

Bahkan ia secara sengaja menginginkan latihan malam untuk tetap diadakan meskipun ia sudah tidak membutuhkannya lagi. Alasannya hanya karena supaya ia bisa bersamaku. Aku ingin berteriak di depan wajahnya bahwa aku ingin berhenti bertemu. Karena rasa cinta ini akan menghambat pekerjaanku ke depannya.

Pada akhirnya aku hanyalah pion dalam rencana Marquess Son. Mau tidak mau, akan ada saatnya aku harus turut mengeksekusi rencananya. Waktunya hanya tersisa tiga tahun lagi. Jika perasaan cinta ini aku biarkan, rencana Marquess Son pasti gagal. Itu mungkin menjadi hal bagus bagi yang tidak mengenal sosok pria itu.

Bukannya menyerah, kalau rencana sampai gagal, ia akan lebih kejam lagi. Jika ia awalnya hanya berencana kudeta lalu membiarkan Yonghoon hidup untuk mempermalukan sosok itu pada semua bangsawan, maka kalau rencana itu gagal, ia akan melakukan hal yang lebih kejam. Mungkin, keluarga kerajaan akan ia habiskan tanpa sisa.

Saat ini Marquess Son sedang mengumpulkan kekuatan untuk bergerak diam-diam. Tapi sosok itu bisa sangat nekad. Ia bisa memenggal leher Raja dan Yonghoon lalu kepala mereka mungkin akan ia pamerkan supaya tidak ada yang berani melawannya. Untuk saat ini rasanya pria itu dibiarkan bergerak diam-diam dan melakukan rencana tanpa mengotori tangannya adalah hal paling baik. Hanya supaya keadaan tetap berlangsung damai sedikit lebih lama.

Aku tidak mau keluarga kerajaan kalah. Mungkin karena aku telah bekerja untuk mereka selama dua tahun, hanya rasa setia kepada keluarga kerajaan yang aku rasakan. Mungkin ini juga berkaitan tentang peranku sebagai pemilik pedang suci, sehingga aku hanya akan membela hal yang benar. Pada dasarnya, pemilik dari pedang suci itu adalah milik keluarga kerajaan. Mau bagaimanapun aku mencoba untuk melawan mereka, hatiku menolak.

Perasaanku memberontak setiap Marquess Son membicarakan tentang rencananya dan peran yang harus aku lakukan. Faktanya, aku memang tidak melakukan apa pun selain tetap berada di sisi Yonghoon untuk melindunginya. Aku yakin Marquess Son telah salah besar dengan mencoba membuatku berada begitu dekat dengan Yonghoon.

Kalau aku tidak menjadi ksatria, aku tidak akan berhubungan dengan Younghoon sama sekali. Jika aku tidak berhubungan dengannya, maka tidak akan ada perasaan apa pun yang tumbuh. Apa pun rencana yang diinginkan Marquess Son, pasti akan lebih gampang aku laksanakan dengan hati yang dingin. Tapi entahlah, apakah Marquess Son memang salah besar, atau ia sengaja demi membuatku tersiksa. Mungkin sebuah kebanggaan baginya jika aku turut tersiksa.

"Selamat atas pertunangan Anda, Yang Mulia."

Suara Ravn yang terdengar menyadarkanku dari lamunan. Acara sudah bubar, dan saatnya aku dan ksatria lain bertugas mengawal Younghoon kembali ke istananya untuk beristirahat. Untung saja hari ini tidak terjadi hal yang membahayakan.

AMARYLLIS (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang