Bagian 15 : Tabu

125 23 5
                                    

"Yoo Hyeon-ah!" Min Ji merangsek menghampiri adiknya melihat betapa pucat dan lemahnya gadis itu. Ia membantu Yoo Bin memegangi Yoo Hyeon dari sisi yang lain sementara tatapannya terlihat khawatir. "Apa yang terjadi padamu?"

"Ada sedikit insiden tadi," Yoo Bin mewakili untuk menjawab karena Yoo Hyeon terlalu kaget dengan kemunculan Min Ji yang tiba-tiba. "Kepalanya terbentur trotoar, dan setelahnya ia merasa pusing."

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit!" Ujar Min Ji.

Yoo Hyeon menepis tangan Min Ji darinya. Sambil tetap bergantung pada Yoo Bin, ia mengajak gadis itu untuk pergi dari tempat itu. Kepalanya sudah sakit dan juga pusing karena terbentur tadi. Ia merasa tidak siap untuk menghadapi masalah lain lagi.

Mendapat penolakan dari adiknya, Min Ji sempat terdiam. Ia bisa merasakan dinginnya sikap Yoo Hyeon padanya bukan disebabkan oleh kebencian, melainkan rasa takut. Awalnya ia juga begitu. Merasa sangat takut. Namun, kini ia memilih untuk menerima.

"Aku tidak akan melarikan diri darimu!" Min Ji berbicara lantang. Memaksa Yoo Hyeon untuk berhenti. "Aku juga tidak akan membiarkanmu melarikan diri dariku!"

Yoo Hyeon memilih untuk tidak mengacuhkannya. Ia terus naik menuju lantai dua tanpa mempedulikan Min Ji yang telah lama menunggunya. Sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak menoleh, karena jika ia melihat bagaimana cara Min Ji menatapnya, ia merasa dirinya akan menyerah.

"Yoo Hyeon-ah!" Min Ji bergegas mengejar Yoo Hyeon. Ia berhasil melewati lalu menghentikannya pada bordes pertama. "Bukan kah kau sudah memaafkanku?"

Yoo Hyeon memalingkan wajahnya. Kerongkongannya mendadak terasa kering. "Karena itu, berhentilah melakukan kesalahan yang sama!"

"Kau yang mengatakan bahwa itu tak sepenuhnya kesalahanku!" Min Ji tak bergeming. Sedikitpun ia tidak memberikan jalan agar Yoo Hyeon tetap disana mendengarkannya.

Yoo Bin berdiri kikuk. Di tengah situasi seperti ini, ia harusnya menyingkir untuk membiarkan dua orang itu menyelesaikan masalah keluarga mereka. Akan tetapi, ia tidak bisa membiarkan Yoo Hyeon. Gadis itu mungkin akan tumbang jika ia melepasnya. Sedangkan Si Yeon yang masih mengawasi dari lantai satu memberi isyarat pada Yoo Bin agar pergi untuk memberi waktu pada dua orang itu bicara. Namun, Yoo Bin tetap tak bergerak dan terus memegangi Yoo Hyeon.

"Eonni, apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" Yoo Hyeon menatap lelah melewati bahu Min Ji. Masih menolak bertemu mata dengan saudaranya itu. Pandangannya yang mulai berkunang-kunang membuatnya merasa mual. Ia ingin ini cepat berakhir.

"Itu ...," Min Ji melirik Si Yeon di bawah. Mencoba memberi tanda agar gadis itu membantunya membujuk Yoo Hyeon. Tetapi Si Yeon sepertinya tidak mengerti. Ia mengangguk seolah-olah tahu apa yang dimaksudkan oleh Min Ji, kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Min Ji yang tak memiliki ide apapun.

"Biarkan aku lewat! Kepalaku benar-benar sakit!" ujar Yoo Hyeon dengan nada memelas.

"Aku akan membiarkanmu lewat setelah kau membiarkanku menginap di tempatmu selama beberapa hari," Min Ji bersikeras dengan tidak tahu malu. "Pipa di rumah bocor, ada air dimana-mana. Sementara SuA mengatakan tak ada kamar kosong disini. Karena itu, biarkan aku menginap di tempatmu. Hanya sementara hingga pipanya selesai diperbaiki."

"Eonni bisa pergi ke hotel," jawabnya dingin.

"Ya! Kau pikir aku berani tinggal di tempat seperti itu sendiri?" Min Ji tergagap karena alasan yang dibuat-buat. Penuh harap Yoo Hyeon akan percaya. "Sedangkan mencari tempat lain yang disewakan tidak mudah. Lalu dimana aku akan tidur malam ini?"

"Baiklah, aku akan membiarkanmu memakai kamarku. Aku akan pindah ke kamar Yoo Bin,"

"Ya!" Min Ji melirik Yoo Bin. Mencoba meminta bantuan. Berharap Yoo Bin mengerti tanda yang diberikannya, tidak seperti Si Yeon yang malah melarikan diri.

The Witch's WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang