"Jadi kau tidak ingin menikah denganku?" SuA bertanya sekali lagi saat tidak ada siapapun yag bisa mengganggu mereka. "Atau apa kau membenciku?"
Mereka berada di kamar SuA. Si Yeon sengaja mengantar gadis itu naik untuk membantunya sekaligus memastikan ia tiba di kamarnya. Sejak turun dari mobil tadi, SuA memang terus memasang wajah cemberut setelah pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh Si Yeon.
Si Yeon tidak langsung menjawab. Ia malah membantu SuA berbaring lalu memasangkan selimut. Bukannya ia tida mendegar, namun ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.
Normalnya, SuA adalah orang asing baginya. Mengenal selama dua hari belum bisa dikatakan memiliki hibungan yang erat. Akan tetapi, Si Yeon justru merasakan kedekatan ketika mereka bersama. SuA memang gadis yang aneh. Cara ia memperlakukan Si Yeon selama ini membuatnya merasa tidak diperlakukan layaknya orang asing. Seolah mereka telah dekat selama bertahun-tahun lamanya.
Terlebih setelah apa yang terjadi hari ini. Harusnya SuA tidak perlu terluka. Seandainya ia tidak datang hanya untuk menyelamatkan Si Yeon yang tak lebih dari orang asing, ia tidak perlu mendapatkan tikaman itu. Dan karena SuA yang menerima tikaman, Si Yeon beruntung dan tak perlu mengalami hal yang lebih buruk kecuali beberapa lebam dan memar di tubuhnya.
"YA!" SuA bereteriak tepat di depan wajah Si Yeon. Ia sangat kesal karena Si Yeon hanya diam dan tak kunjung menjawabnya.
Si Yeon tentu saja kaget. Ini pertama kalinya SuA meneriakinya. Dan itu bukan teriakan biasa. Teriakan itu sangat keras dan melengking hingga menyisakan dengunan panjang di kedua pendengarannya. Yang paling membuatnya kaget adalah bagaimana SuA menatapnya. Kemarahan yang terpancar hanya dari tatapannya membuat Si Yeon ngeri. Apalagi wajah yang selalu SuA tunjukkan selama ini adalah keceriaan.
"Jawab aku!" Desaknya, "karena aku bertanya padamu!"
Si Yeon menghela nafas mencoba menenangkan diri dari pandangan tajam SuA. "SuA-ssi!"
"SuA-ssi?" SuA mendengkus, semakin tampak kesal. "Aku benci kau memanggilku seperti itu."
"SuA Eonni," Si Yeon segera meralatnya.
"Itu lebih baik."
"Aku tidak membencimu," lanjut Si Yeon dengan suara yang sangat pelan.
"Berarti kau mau menikah denganku?" SuA kembali ceria.
Sekali lagi, Si Yeon menghela nafas. Lebih panjang dari sebelumnya. Ia semakin bingung harus mengatakan apa pada gadis di depannya. SuA tampaknya tak akan mengerti dengan bahasa manusia normal. Terakhir kali saat ia digigit, cukup membuktikan bahwa SuA tidak akan mengerti. Apa yang ada di dalam kepala gadis itu sama sekali tidak normal.
Si Yeon memang tidak membencinya. Kalimat itu ia sampaikan dengan sungguh-sungguh. Ketidak normalan itu tidak membuat Si Yeon membencinya. Tak ada alasan untuk membencinya.
"Itu adalah hal yang berbeda," Si Yeon mencoba menjelaskan meski ia sendiri tidak yakin. "Aku yang tidak membencimu bukan berarti aku ingin menikah denganmu."
"Kau tidak ingin menikah dengaku?" SuA menyela.
"Tidakkah kau merasa ini terlalu cepat?" Si Yeon balik bertanya.
SuA menggeleng.
"Kau ingin menikah denganku?" Tanya Si Yeon lagi.
SuA mengangguk.
"Wae?"
"Karena aku menyukaimu," jawabnya, "Kau tidak menyukaiku?"
Si Yeon memikirkannya sesaat kemudian ia merasa ... "Aku menyukaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Witch's Witch
FanficLee Si Yeon adalah seorang mahasiswa semester akhir yang nyaris dikeluarkan karena tidak kunjung menyelesaikan studinya setelah sekian lama. Disaat yang bersamaan ia diusir dari tempat kos karena lupa mematikan kompor setelah memasak ramyeon hingga...