Bagian 5 : Wanita dengan Mata Membunuh

144 31 0
                                    

Sebelum menyiapkan makan malam, Si Yeon dan SuA pergi berbelanja beberapa bahan makanan. Tadinya Si Yeon menawarkan pergi sendiri, namun SuA bersikeras ingin ikut. Kebetulan pasar raya letaknya tidak jauh. Hanya beberapa menit jalan kaki.

SuA sepertinya begitu senang karena akan ada dua orang lagi yang akan tinggal di rumahnya. Ia membeli banyak daging sapi korea untuk pesta barbeque. Katanya, anak-anak seperti Si Yeon dan teman-temannya butuh banyak makan agar cepat tumbuh. Itu membuat Si Yeon geli karena SuA bertingkah seperti orang tua padahal usia mereka tidak terpaut jauh. Memang Si Yeon tidak pernah menanyakannya secara langsung. Dari kasat mata saja tak akan lebih dari satu atau dua tahun.

Setelah selesai berbelanja, mereka pulang dengan dua tas besar belanjaan. Si Yeon yang membawa keduanya di kanan dan kiri sementara tangan SuA juga penuh dengan dua es krim rasa buah. Satu miliknya dan satu lagi milik Si Yeon. Karena Si Yeon membawa belanjaan, SuA berbaik hati memegangkan sekaligus menyuapinya es krim. Meski terkadang SuA mempermainkannya dengan menjauhkan es krim ketika Si Yeon nyaris memakannya.

"Eonni!" Si Yeon protes ketika SuA dengan sengaja mengarahkan es krim ke hidungnya hingga benda dingin itu belepotan ke wajahnya.

SuA tertawa melihat wajah Si Yeon yang dihiasi krim vanilla, lalu melarikan diri agar gadis itu tak bisa membalasnya. Dan jangankan membalas, membawa kantong-kantong belanjaan itu saja sudah membuat Si Yeon kelimpungan. Karena itu ia membiarkan SuA, tidak mengejarnya.

Sementara SuA sudah jauh meninggalkannya, Si Yeon berjalan seorang diri di trotoar. Beberapa kali ia memperbaiki letak kantong di tangannya karena terlalu berat. Itu bukan masalah besar baginya. Ia akan sampai tujuan dalam beberapa menit.

Ketika akan berbelok di persimpangan, sebuah tangan besar menariknya ke sebuah taman bermain yang sepi kemudian melemparnya ke atas pasir. Si Yeon tersungkur dan barang-barangnya berserakan. Tiga pria dengan wajah beringas berdiri menjulang di depannya. Seorang menopang sebagian tubuhnya pada sebilah balok kayu, seorang lagi memainkan pisau di tangannya, sementara yang lain memutar kunci roda.

"Berikan uangmu!" Ujar pria yang paling depan yang memegang pisau. Sepertinya pemimpin diantara dua lainnya.

Si Yeon mengumpat dalam hati. Mengapa masalah demi masalah begitu gencar menghampirinya belakangan ini?

"Aku tidak punya uang, Hyungnim!" Si Yeon berlutut sambil memohon. Ia tidak berbohong. Ia memang tidak membawa uang karena seluruh belanjaan ini SuA yang membayarnya.

"Kau cari mati ya?" Yang memegang balok memukulkan kayunya ke kaki Si Yeon membuat gadis itu berteriak kesakitan.

"Kau berani berteriak, huh?" Si pemimpin mendaratkan sepatu kotornya dengan keras di tubuh Si Yeon membuat tubuh kecil gadis itu terjengkang.

Si Yeon tidak tahu harus melakukan apa. Jika ia berteriak, akankah ada orang yang membantunya? Ia juga tidan mungkin menghubungi polisi dengan ponselnya karena para preman itu pasti akan langsung menyadari. Mereka menginginkan uang darinya. Jika mereka tak mendapatkannya, apa yang akan mereka lakukan pada dirinya?

"JANGAN SENTUH DIA!!" Sebuah teriakan melengking terdengar di kejauhan. Itu adalah SuA yang berdiri seratus meter jauhnya.

"Andwe ... jangan kemari!" Si Yeon menggeleng, mencoba memberi isyarat pada SuA untuk tidak mendekat karena gadis itu tak akan mendengar suaranya. Mereka hanya dua gadis lemah bertubuh kecil sementara para preman ini bersenjata. Jika SuA datang, mereka tidak hanya akan mengambil uangnya, tapi juga menyakitinya.

SuA sepertinya tidak mengerti dengan isyarat yang Si Yeon berikan. Sambil berlari kencang ia berteriak keras lalu menyeruduk pria yang memegang pisau. Sayangnya itu masih terlalu pelan untuk menumbangkan tubuh kokoh tersebut. Pria itu menangkap bahunya, kemudian melemparnya tepat ke samping Si Yeon. Gadis itu tersungkur dan sekujur tubuhnya dipenuhi pasir.

The Witch's WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang