Bagian 29 : Berjalan dengan Lancar

132 27 34
                                    

"Yoo Bin juga tidak mengangkat telepon," Si Yeon mondar-mandir di ruang duduk sambil terus mengotak-atik ponselnya.

"Apa kita susul saja?" Kedua bola mata SuA terus mengikuti gerakan Si Yeon. Melihat bagaimana gadis itu khawatir, ia tak bisa untuk tidak ikut khawatir.

Beberapa waktu lalu, Yoo Hyeon mendapat kabar dari kepolisian bahwa Min Ji mengalami kecelakaan saat bekerja dan harus dibawa ke unit gawat darurat. Mereka tidak mengatakan informasi apapun lagi selain lokasi rumah sakit tempat Min Ji dirawat. Yoo Hyeon langsung pergi kesana dengan diantar oleh Yoo Bin.

"Ini sudah terlalu lama," lanjut SuA, "Mungkin terjadi sesuatu yang benar-benar serius. Mereka juga tidak mengangkat teleponnya."

"Mungkin mereka lupa membawa ponsel," Si Yeon berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Aku melihat Yoo Hyeon membawa ponsel bersamanya," ujar SuA mematahkan asumsi Si Yeon. "Setelah menelepon, ia masih memegang ponselnya ketika masuk ke dalam mobil."

Mungkin waktu yang mereka habiskan di rumah itu bisa dikatakan singkat. Namun, tinggal di satu atap yang sama dalam waktu yang singkat itu mau tidak mau menciptakan semacam ikatan tak kasat mata diantara mereka. Min Ji boleh saja adalah orang asing bagi keduanya sebelum ini. Akan tetapi, kini ketika mendengar sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu, keduanya begitu merasa khawatir.

"Kalau begitu kita susul saja," Si Yeon juga tidak sabar untuk menunggu karena Yoo Hyeon dan Yoo Bin telah pergi selama berjam-jam.

SuA dan Si Yeon sedang dalam perjalanan menuju pintu keluar ketika keduanya melihat Yoo Bin masuk. Mereka bergegas menuruni tangga untuk menghampiri gadis itu.

"Yoo Bin-ah! Bagaimana keadaanya? Mengapa kau pulang sendiri?" Tanya Si Yeon.

Yoo Bin tersenyum lemah sebelum menjawab. Wajahnya menyiratkan kelelahan. "Kakinya patah, tapi sudah diobati. Dokter mengatakan ia bisa pulang dalam beberapa hari. Yoo Hyeon menjaganya di rumah sakit."

"Ck, semoga mereka tidak bertengkar lagi," Si Yeon menggigit bibirnya masih merasa cemas. "Tapi ... dia bisa sembuh kan? Maksudku ... cideranya tidak permanen kan?"

"Kita kesana saja!" Sela SuA, "biar aku yang menyembuhkannya!"

"Eonni! Ini bukan saatnya bercanda!" Tegur Si Yeon.

"Dia akan pulih seperti sedia kala," jawab Yoo Bin, "dokter mengatakan begitu."

Si Yeon mengangguk lega. Walau ia belum bisa benar-benar berhenti merasa khawatir sebelum melihat Min Ji secara langsung. Si Yeon memutuskan untuk menjenguk gadis itu besok saja karena malam ini ia pasti butuh istirahat setelah mengalami hari yang berat.

"Tapi, kau terlihat tidak sehat," ujar SuA kemudian kepada Yoo Bin. "Kau sakit?"

Yoo Bin menggeleng. "Aku baik-baik saja."

SuA menyikut Si Yeon karena ia merasa ada yang tidak beres pada Yoo Bin. Karena gadis yang biasanya hanya bisa menunjukkan wajah datar itu, kini tampak sedih. Langkahnya menuju lantai dua juga terlihat tak bersemangat.

"Dia hanya mengkhawatirkan Min Ji eonni," bisik Si Yeon pada SuA, "mereka cukup dekat."

SuA merasa itu tidak benar. Ini tidaklah sesederhana itu. Ia mungkin tak begitu berpengalaman dalam interaksi terhadap manusia. Namun, intuisinya selalu tepat. Ia tidak perlu mengenal Yoo Bin untuk mengetahui bahwa gadis itu berada dalam masalah.

"Kajja! Sebaiknya kita beristirahat! Kau mau menemaniku menjenguk Min Ji eonni kan?"

SuA hanya mengangguk mengiyakan. Sebenarnya ia ingin menyusul Yoo Bin. Meski tidak bisa membantu, setidaknya ia ingin mencoba menghibur. Ia kasihan pada gadis itu karena mengetahui posisinya yang menyedihkan. Besok, ia sudah bertekad. Ketika pergi menjenguk Min Ji, ia akan menghajar Yoo Hyeon jika bertemu dengannya. Enak saja ia mempermainkan hati orang lain seperti ini. Bukankah gadis itu layak diberi pelajaran?

The Witch's WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang