Bagian 12 : Serigala Bertudung Merah

142 25 8
                                    

"Kalian bersenang-senang kemarin dan tidak mengajakku!"

Hari-hari berikutnya, jumlah pengikut Si Yeon menjadi lebih banyak. Ga Hyeon yang terus menanyakan ini dan itu, SuA yang protes karena Si Yeon hanya peduli pada Ga Hyeon, serta Handong yang ikut mengekor kemanapun Ga Hyeon pergi.

"Kalian sudah baikan?" Sindir Si Yeon karena SuA yang kemarin bertengkar dengan Handong kini pergi bersama kemanapun. Tentu saja untuk mengikutinya. "Karena sepertinya seru sekali, aku tidak ingin mengganggu."

"Silahkan, eomonim!" Handong menarikkan kursi untuknya. Sikap Handong yang tiba-tiba saja berubah baik padanya tentu memancing kecurigaan. Apa gadis itu diam-diam merencanakan sesuatu padanya?

Handong bahkan meletakkan segelas air di depannya.

SuA ikut bergabung duduk, dan Handong memperlakukannya sama persis seperti Si Yeon barusan. Membuat Si Yeon semakin bertanya-tanya apakah benar mereka sudah baikan atau justru kini Handong juga membenci SuA seperti gadis itu membenci dirinya.

Dan ketika Ga Hyeon akan duduk juga di ruang makan, Handong buru-buru duduk di tempat yang akan Ga Hyeon duduki. Ia menepuk pangkuannya memberi tanda pada Ga Hyeon. "Ga Hyeon-ah! Sini duduk!"

Ga hyeon menurut saja dan duduk di pangkuan Handong sambil memasang wajah datar.

SuA bangkit dan bersiap untuk kembali baku hantam dengan Handong.

"Eonni!" Si Yeon buru-buru menahan SuA sebelum ia sempat membuat Handong babak belur. Karena dari ekspresi kemarahannya, ia mampu melakukan itu.

"Lepaskan aku Si Yeon-ah!" SuA masih mencoba menghajar Handong, namun tidak bisa bergerak karena Si Yeon memeluknya dari samping dengan erat. "Aku harus menghajar si mesum itu!"

"Apa menu sarapan kita?" Ga Hyeon tidak peduli dengan keributan di dekatnya. Mata hitamnya menyapu meja yang kosong dan terlihat kecewa. "Aku lapar!"

"Lepaskan aku! Lepas!" SuA terus memberontak, membuat Si Yeon kerepotan.

"Kau mau eonni memasakkan sesuatu untukmu?" Tanya Handong pada Ga Hyeon dengan nada paling lembut yang pernah Si Yeon dengar.

Ga Hyeon mengangguk. "Pizza!"

"Bagaimana caranya eonni membuatkan pizza untukmu?" Handong mencubit pipi Ga Hyeon dengan gemas.

"Ya! Handong-ah!" SuA akhirnya berhasil membebaskan diri dan langsung menerobos untuk menjambak rambut Handong. "Beraninya kau mencubit putriku!"

"Eomma!" Ga Hyeon memisahkan SuA dan Handong. "Jangan sakiti Handong eonni, dia harus membuat pizza untukku!"

"Mwo?" SuA menyentuh dadanya yang terasa sakit ketika Ga Hyeon lebih membela Handong dibanding dirinya. Hatinya terluka dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak bisa menentang keinginan Ga Hyeon.

"Aku tidak bisa membuat pizza!" Handong tersenyum simpul seperti orang bodoh padahal rambutnya masih acak-acakan karena ditarik SuA. "Bagaimana jika ramyeon saja?"

"Aku juga suka ramyeon," Ga Hyeon menjawab sambil berbinar. Karena belum sarapan, ia merasa mampu memakan apapun.

"Aku juga suka!" Sebuah suara asing ikut membaur bersama mereka. Semua mata otomatis mengarah padanya. Itu adalah Min Ji yang sudah ikut bergabung duduk bersama mereka.

"Eonni?" Si Yeon mengucek matanya, merasa mungkin saja ia salah lihat karena Min Ji ada disana. "Bagaimana kau masuk?"

Min Ji cepat-cepat berdiri lalu membungkuk memberi salam pada semua yang ada disana. "Maaf jika lancang masuk tanpa permisi. Tadi pintunya terbuka, makanya saya langsung masuk saja."

The Witch's WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang