Bagian 16 : Darah yang Berceceran

155 24 29
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak Si Yeon mendapatkan surat peringatan dari kampusnya. Memang agak terlambat, setidaknya ia ingat untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa. Mengerjakan tugas akhir. Dengan tekun ia mengumpulkan referensi sebagai bahan tugas akhirnya dengan menggunakan laptopnya.

Sekelebat bayangan melintas di belakangnya ketika ia tenggelam pada laptopnya. Ia menyadari gerakan tak wajar itu dari sudut matanya dan udara dingin yang menyapu tengkuknya. Meski sedang fokus pada pekerjaan, ia sangat yakin bahwa ada orang lain di kamar itu. Atau mungkin sesuatu.

Malam ini memang tak seperti biasanya. Lebih sunyi dan mencekam dari malam-malam sebelumnya. Meski ini pertama kalinya ia tinggal di kamar sendirian di malam hari selain untuk tidur, namun ia bisa merasakan ada yang tidak beres sedang terjadi.

Suara berisik ranting pohon yang memukul jendela akibat tiupan angin menambah kesan mencekam. Ia melihat sekitar dan tak menemukan apapun yang aneh di dalam kamarnya selain gorden yang berkibar padahal jendela tertutup rapat. Itu cukup membuat bulu kuduknya berdiri. Ia juga tak cukup berani untuk memeriksa dan hanya mengatakan pada diri sendiri bahwa itu bukan apa-apa, hanya angin.

Namun, itu tak cukup untuk mengembalikan konsentrasinya. Ia tidak bisa lagi fokus pada apa yang ia lakukan dan mulai berpikiran yang aneh-aneh. Mulai dari hantu hingga ada pencuri yang masuk. Ia mulai memikirkan bagaimana menghadapi setiap kemungkinan itu. Jika hantu, ia cukup menutup matanya. Jika itu adalah pencuri, tak ada barang berharga miliknya yang bisa diambil. Akan tetapi, jika itu pembunuh gila, apa ia bisa melarikan diri? Atau haruskah ia mempersiapkan senjata untuk melawan?

Aroma wangi bunga tiba-tiba saja mengusik penciumannya. Semakin lama semakin kuat dan semakin membuatnya merasa familiar. Mungkin itu salah satu bunga di halaman atau rumah kaca. Ia tidak bisa mengingatnya.

Sepasang tangan pucat muncul dari kedua sisi tubuhnya melewati bahu. Ia membeku seketika saat salah satu ketakutannya terbukti nyata. Itu adalah hantu.

"Si Yeon-ah!" Suara SuA terdengar berbisik di telinganya ketika tubuh yang dipikirnya hantu menempel rapat memeluknya dari belakang. "Apa yang kau lakukan sendirian tanpaku?"

Kini ia mengingatnya. Aroma itu ... Bukan dari salah satu bunga di halaman, melainkan aroma SuA.

"Eonni?" Si Yeon menoleh sedikit untuk memastikan bahwa itu benar SuA, dan ia menemukan itu memang SuA. Gadis itu sedang tersenyum padanya. Wajahnya dekat sekali.

"Belum tidur?" Tanya SuA lagi sambil memberikan senyum yang lebih lebar lagi. Membuat Si Yeon merasakan debaran keras di dadanya.

"Eoh!" Si Yeon mengangguk gugup. Ia tak bisa menyembunyikan kegugupannya ketika seluruh mukanya telah berubah merah.

"Kau baik-baik saja?" Melihat rona merah pada wajah Si Yeon, SuA berpikir gadis itu terserang demam. Ia melepaskan salah satu tangannya untuk merasakan dahi Si Yeon. "Tapi tidak panas."

"Aku baik-baik saja," Si Yeon menyingkirkan tangan SuA dari dahinya. "Mungkin hanya kelelahan."

"Apa yang sedang kau lakukan?" SuA kembali memeluk Si Yeon sambil melihat apa yang sedang Si Yeon lakukan di laptopnya.

Degup jantungnya semakin keras ketika SuA melakukan itu. Ia berdehem beberapa kali, namun tak membuat perubahan apapun. SuA pun sepertinya tak menyadari kegugupannya.

"Apa ini tugas kuliah?" Tanya SuA lagi. Ia menoleh lagi pada Si Yeon, menambah kegugupan gadis itu. "Boleh kubantu?"

Si Yeon mengangguk kaku. "Eonni bisa membantu dengan berhenti bergelayutan di punggungku."

"Ok!" SuA melepaskan Si Yeon didetik berikutnya. Membuat gadis itu setidaknya mampu bernafas lega meski hanya sesaat. Karena didetik yang lain, SuA telah duduk di pangkuannya sambil kembali melingkarkan lengannya lagi pada Si Yeon, namun kali ini dari depan.

The Witch's WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang