Bagian 19 : Keributan Tak Selalu Buruk

116 26 8
                                    

"Ne?" Yoo Bin bingung dengan permintaan yang diajukan padanya barusan. Ia tidak mengerti situasinya. Terlebih ia masih mengantuk akibat belum tidur setelah insiden semalam. Otaknya berpikir dengan sangat lambat.

"Bawa aku kemanapun asal jangan disini," Yoo Hyeon mengulanginya dengan lebih memelas. "Aku tidak peduli apakah itu laut, gunung, atau terowongan sekalipun."

"Woo! Terowongan." Handong menyoraki dengan dibalas siulan usil dari SuA. "Tempat yang gelap!"

"Aku akan ke kampus!" Si Yeon bangkit setelah menendang lantai dengan keras. Ia pergi dan semakin merasa kesal ketika tak seorangpun mengejarnya. Sekali ia menoleh dan malah mendapati SuA dan Handong yang saling bertukar kedipan. Ia mengepalkan kedua tangannya kemudian naik ke kamar dengan wajah yang ditekuk.

"Ada motel di dekat sini," celetuk Ga Hyeon. "Handong eonni pernah membawaku kesana, dan itu menyenangkan."

"Motel?" SuA menggebrak meja lalu melotot pada Handong hingga kedua bola matanya seolah nyaris keluar. "Kau membawanya ke motel?"

"Ga Hyeon-ah! Kapan aku membawamu ke motel?" Handong protes pada gadis yang telah memancing kemarahan SuA padanya. Ia mencoba menjelaskan pada SuA untuk membela diri dari kesalahpahaman. "Eomonim! Aku tidak pernah membawanya ke motel! Menyentuhnya saja aku tidak berani. Waktu itu aku hanya membawanya untuk sarapan."

"Sarapan macam apa yang kalian lakukan di motel!" SuA menghempaskan sumpitnya secara tegak lurus ke atas meja. Begitu kerasnya hingga menancap di meja kayu itu nyaris separuh bagian.

Handong menelan ludah. Takut ia akan bernasib sama dengan meja itu. Tertancap oleh sepasang sumpit.

"Tentu saja sarapan yang menyenangkan," Ga Hyeon bercerita tanpa peduli pada kemarahan SuA dan ketakutan Handong. Kemudian, ekspresinya tiba-tiba saja berubah menjadi sedih. "Tapi aku juga menyadari bahwa Handong eonni itu tukang selingkuh! Dia tidak bisa puas hanya dengan satu wanita."

Handong merosot dari tempat duduknya ketika ia merasa bahwa kematiannya berada di depan mata. Padahal kejadiannya tidak seperti itu. Meski Ga Hyeon menceritakan hal yang benar, tapi mengapa malah membuat siapapun yang mendengarnya salah paham?

"Tidak puas hanya dengan satu wanita?" SuA menghempaskan garpunya hingga tegak sempurna tepat di sebelah sumpit. "Memangnya ada berapa wanita disana?"

Ga Hyeon menerawang ketika ia mulai menghitung dalam ingatannya. Selain dirinya dan Handong, juga ada tiga pengunjung wanita dan seorang pelayan yang juga wanita. Ia tidak yakin apa harus menghitung seorang wanita yang lewat sambil membawa anjingnya "Aku, Handong eonni, dan kurasa ada empat atau lima orang lagi."

"LIMA!?" SuA berhasil memecahkan gelas kristal dengan suaranya.

Yoo Bin menutup kedua telinga Yoo Hyeon untuk melindungi gendang telinga gadis itu. Ia berbisik dengan gerak bibir yang sangat jelas terlihat. "Kau ingin pergi dari sini?"

Yoo Hyeon mengangguk. Ia mengikuti Yoo Bin keluar dari ruangan tersebut meski gadis itu belum mengatakan akan pergi kemana.

Sementara di sisi ruangan yang lain, SuA telah melompati meja dan hinggap di atas Handong. Tangan kecilnya mencengkeram baju Handong dengan kemarahan menggebu-gebu. Kemarahannya sudah melewati ubun-ubun hingga mencincang Handong-pun tak akan mampu lagi meredakannya.

"Beraninya kau!" SuA mengguncang tubuh Handong hingga membuat kursi yang diduduki gadis itu tumbang ke belakang dan keduanya jatuh. SuA tetap tak bergeming. Ia masih bertengger disana dengan gagah perkasa.

"Eomma!" Ga Hyeon berdiri. Melihat kekacauan yang terjadi disana, membuatnya tidak bisa tinggal diam. Ia harus melakukan sesuatu. "Handong eonni juga mengatakan bahwa dia tidak selingkuh jika hubungan itu tanpa komitmen."

The Witch's WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang