23. Hikmah

9.7K 1.6K 32
                                    

Diana baru saja hendak menuju coffee shop Juna saat ponsel gadis itu berbunyi menandakan ada notifikasi masuk. Ketika Diana melihatnya ternyata notifikasi itu berasal dari chat Juna yang mengutarakan permintaan maafnya karena tak bisa mengantar Diana pulang hari ini sebab ada urusan mendadak.

"Tumben," gumam Diana.

Menghela napas seraya mengangkat kedua bahunya bersamaan, Diana pun menghampiri salah satu tukang ojek yang biasa mangkal di dekat warung makan mie ayam di samping sekolahnya. Meski hati Diana penasaran urusan apa yang tengah dikerjakan Juna, namun gadis itu memilih untuk tidak menanyakannya. Jika Juna ingin Diana mengetahuinya, pria itu pasti akan memberitahunya nanti. Begitu pikir Diana.

Setelah menyebutkan tujuannya, Diana pun mengenakan helm yang diberikan oleh tukang ojek lalu duduk tenang di jok belakang. Namun ketenangannya itu seketika menghilang saat Diana melewati coffee shop Juna dan mendapati ada mobil polisi di sana.

"Pak, tolong agak pelan sedikit, Pak," ujar Diana refleks untuk memastikan kalau indera penglihatannya itu tidak salah tangkap. Diana menyipitkan matanya untuk memfokuskan penglihatannya. Iya, Diana gak salah lihat kok. Coffee shop Juna ditutup dan ada mobil polisi terparkir di sana.

Hati Diana seketika merasa tak tenang. Dari atas motor ia mencoba menghubungi Juna namun pria itu tak kunjung mengangkat teleponnya. Ck! Ada apa sih? gerutu Diana dalam hati.

Meski motor yang ditumpanginya telah jauh melewati coffee shop Juna, namun pikiran Diana tertinggal di sana. Hatinya terus menerka-nerka apa yang terjadi di sana. Ada apa ini? Kenapa Juna mendadak tak bisa dihubungi? Ada urusan apa pria itu sebenarnya? Apa pun itu Diana sungguh berharap dalam hatinya agar Juna baik-baik saja.

***

Juna baru merespon pesan Diana saat malam hari. Pria itu meminta maaf karena tak sempat mengangkat telepon Diana tadi.

"Tadi kamu balik naik apa, Na?" tanya Juna lewat sambungan telepon.

Diana mendesah pelan. Apa itu penting sekarang? pikirnya. "Tadi aku lihat ada mobil polisi depan coffee shop kamu. Apa terjadi sesuatu?" Tanpa menjawab pertanyaan Juna, Diana langsung mengajukan pertanyaan balik.

Hening terdengar cukup lama dari sisi Juna sejak Diana mengajukan pertanyaannya sampai-sampai Diana harus mengulangi kembali pertanyaannya untuk pria itu. "Juna, ada apa?"

Terdengar helaan napas panjang Juna namun pria itu mengatakan kalau tidak ada apa-apa. Tentu saja Diana tidak percaya begitu saja. Apaan sih Juna nih kayak cewek deh. Udah jelas pasti ada masalah tapi malah bilang gak ada apa-apa, Diana mengomel dalam hati.

"Kamu sekarang udah di rumah, Jun?" tanya Diana.

"Baru mau balik sih ini."

"Ke apartemen aku dulu. Aku tunggu di taman depan apartemen ya."

"Na, tapi─"

Tanpa mau mendengar alibi Juna, Diana langsung mematikan ponselnya. Terserah pria itu akan datang atau tidak. Jarak dari coffee shop Juna ke apartemen Diana kurang dari tiga puluh menit dan Diana yakin jalanan sedang tidak macet sekarang. Diana bertekad akan menunggu Juna selama satu jam di sana dan jika Juna benar-benar tidak datang maka itu berarti Juna tidak akan bisa menemuinya lagi karena Diana akan marah besar pada pria itu.

Berbekal sweater rajut dan segelas hot chocolate yang Diana beli dari sebuah mini cafe di gedung apartemennya. Diana menunggu Juna di bangku taman sambil sesekali menyesap cokelat panasnya.

"Diana."

Tanpa menoleh, saat mendengar suara pria yang memanggil namanya karena Diana sudah mengenali siapa pemilik suara itu, Diana menggeser duduknya sebagai tanda mempersilakan pria itu duduk di sebelahnya.

DIVERSITY [DaMay Sister's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang