Prolog

5K 240 9
                                    

Malam Sabtu. Malamnya santai-santai. Suara televisi bertayang serial Netflix terdengar bermonolog, bersuara satu arah tanpa ada balas ucap dari tiga orang yang menontonnya. Papa yang duduk menyender di sofa dengan paha memangku kepala putri ketiganya, sedangkan si bungsu sibuk goler sana goler sini di karpet bulu di bawahnya, mengelusi Cimi si kucing putih belang oren. Satu kucing oren bertengger menguasai meja--Arnold si kucing barbar.

"Ci Shani!"

Itu Gracia yang sedang mencari putri tertua Papanya. Tayangan Netflix yang ditonton Papa, Chika, dan Fiony tidak ada menarik-menariknya untuk dirinya. Tadi ia sudah khusyuk menonton Netflix dari laptopnya sendiri, tapi baru saja tadi laptopnya mati habis baterai. Sekarang ia ada di kamar--kamarnya dan Shani--untuk mengisi daya laptop miliknya, niatnya mau pinjam laptop Shani untuk lanjut nonton Netlfix tapi Cicinya itu entah di mana.

"CI! CICI! PINJEM LAPTOP!"

Tidak ada sautan.

Tapi diambil saja laptopnya sama Gracia, dibawa ke ruang tengah tempat nonton bareng sedang dilaksanakan. "Cici mana?"

"Mandi di kamar mandi Papa."

Cuma Papa yang jawab. Chika cuma lirik sebentar untuk kembali fokus pada televisi. Kalau Fiony, sibuk telepati dengan si Cimi--selalu.

Masa bodoh. Gracia juga tidak ada niat nyusul ke kamar mandi untuk izin dulu pada pemilik laptop itu. Gadis itu melangkah kembali ke tempat nontonnya semula. Samyang yang baru satu dua suap tadi dimakan masih ada di meja makan di dapur, bersama segelas susu putih. Jaga-jaga kepedesan.
Ia duduk di kursi, meletakkan laptop, memasang earphone baik ke laptop maupun ke telinganya. Koneksi WiFi yang Papa pasang lancar jaya. Tidak perlu acara tunggu loading lama-lama, Gracia memencet garis waktu, lompat ke menit terakhir tayangan yang tadi ia tonton di laptopnya sendiri.

Kaki naik satu, mata fokus pada layar, tangan kiri memegang piring, yang kanan menyendoki mi pedasnya ke mulut. Mulutnya mulai megap-megap, tarik oksigen-buang, sumpit di tangan kanan diletakkan, diganti mengangkat segelas susu putih ke mulut.

Khusyuk sekali sampai lama.

Saat keringat mulai membintik di wajah dan bibir memerah, belum sama sekali mendekati akhir dari tayangan Netlfixnya, Gracia buru-buru menjeda. Earphone di telinga dicopot buru-buru, susu putih sisa di gelasnya ditengguk sampai kaca gelasnya kembali bening tak ada sedikitpun warna putih susu. Perutnya terlalu mulas untuk tidak segera bergegas ke kamar mandi. Untung ada satu lagi kamar mandi di dapur, cepat kilat Gracia bisa masuk dan duduk di toilet.

Gracia menutup pintu kamar mandi, si bungsu datang ke dapur. Fiony juga ingin segelas susu putih.

Mengambil kotak susu dan menuangkan susu putih itu ke gelas, Fiony mulai meminumnya selagi tangan yang satu mengembalikan kotak susu ke tempat semula dan menutup pintu kulkas. Selangkah berniat kembali ke ruang tengah, matanya melirik layar laptop di meja. Menunduk mendekatkan wajah ke layar untuk memuaskan kekepoan. Tangan kanannya memegang gelas susu yang ditempel ke bibir, dan tangan kirinya baru mau memegang si benda bernama laptop itu.

Baru mau.

Tapi Arnold si kucing barbar berulah. Cimi dikejar-kejar, menabrak kaki Fiony, kemudian Arnold si biang kerok malah nabrak sekaligus mencakar. Siapa yang tidak kaget?

Tumpah sudah.

Susu putih itu kontras sekali di atas keyboard hitam laptop, tak sedikit yang mulai meresap ke sela-sela keyboardnya.

Panik, panik!

Fiony si bungsu pinter banget buru-buru mencuci gelas susu miliknya, tidak perlu disabun yang penting bekas susu di gelas hilang! Siapa juga yang tahu dan akan tahu bahwa Fiony meminum segelas susu dan menumpahkannya ke laptop sang Cici?

Astaghfirullah, maafkan Fiony, tapi Fiony terpaksa menyebar fitnah malam ini. Gelas kosong bekas Gracia minum, harus Fiony ubah posisinya. Biar terlihat susu putih tumpah dari sana.

Beres sudah gelasnya, diletakkan di rak, buru-buru Fiony membopong Cimi dan kembali ke ruang tengah, goleran di karpet bulu berpura-pura tidak tahu menahu. Bodoamat sama Arnold si kucing barbar milik Cicinya--Shani. Emang dari dulu si kucing oren itu suka menzalimi Cimi kucing penurut miliknya.

Beberapa saat jantung Fiony bertalu lebih cepat, seolah beradu mulut dengan monolog televisi. Si jantung bertambah lebih cepat talunya saat pemilik benda yang baru saja mandi susu itu mendekat ke arahnya. Rambutnya masih basah digosok-gosok dengan handuk. Mendekat, dekat, tidak berhenti untungnya, lewat, menjauh, masuk ke kamar.

Tapi keluar lagi tak selang lama. Dan kali ini menghampiri. "Laptopku siapa yang ngambil?"

Deg! Mana yang langsung ditanya laptop lagi.

"Gracia. Di dapur tadi."

Itu Papa lagi yang menjawab. Chika tidak menoleh sama sekali. Fiony... Sepertinya tahan napas.

Shani tidak mengangguk, tidak menjawab. Kakinya melangkah lagi ke arah dapur. Ia sedang mengejar skripsi. Walaupun tidak buru-buru, tapi rajin ia cicil. Agak kesal sebetulnya laptopnya malah dipinjam, tanpa izin lagi.

Dan benar-benar kesal.

Sangat.

Sungguh.

Matanya membulat seketika, bibirnya sedikit membuka. Apa itu putih-putih mengguyur laptopnya?

Shani berjengkit mendekat, memencet-mencet tombol spasi, enter, tombol apa saja yang bisa dipencet. Nihil. Layar laptopnya tetap legam.

"Gracia!"

Tidak ada sautan.

"Gre!"

Tidak juga.

"SHANIA GRACIA!"

Lantang sekali.

"Ya!"

Berhasil membuat yang di dalam kamar mandi menyahut akhirnya.

Shani melirik pintu kamar mandi, disusul pintu itu, digedor-gedor padahal pintunya enggak salah apa-apa. "Gracia!"

"Apa?! Bentar, tanggung! Pake kamar mandi Papa aja!"

"GRACIA!"

"IYA! IYA! INI KELUAR!"

Pintu dibuka dari dalam. "Apa, sih?!" Yang membuka tersunggut.

Tapi masih kalah bersunggut dari Shani. Ia menarik Gracia mendekat ke laptopnya, wajahnya nyalang sekali menunjukkan kondisi laptopnya sekarang.

"Loh?" Gracia malah heran mengamati. "Tadi susunya udah abis!" Sumpah, Gracia benar-benar keheranan.

"Iya! Abis tumpah!"

Gracia menunduk, memencet-mencet keyboard. Ia menghela napas kecewa mengetahui tidak ada cahaya muncul dari layar, "Yahhh, mana belum abis filmnya."

"GE, ITU SKRIPSIAN AKU DI SITU SEMUA!"

Monolog televisi kalah lantang. Gracia meringis, yang di ruang tengah melirik mengerut dahi. Cuma si bungsu yang anteng mengelus kucing di pahanya, tetapi keringat dingin.

***

WEH NONO DEBUT WEH!

Siapakah Nono?
Saya.

Siapakah kalian?
Siapa?

Nono bikin cerita gemes-gemes saudara aja, ya. Walaupun Nono juga Greshan defender, tapi... Ya terserah Nono lah! Nono yang nulis!

Weh! Komen, ya! Nono emang nggak punya temen, nggak ada yang chatting, nggak ada yang mention, makanya...

Hmmm.

Iya, Nono emang caper, iya! Emang, kok!

IKAN HIU MAKAN TOMAT!
I love you so much.

Oiya, itu tuh di media atas ada silsilah keluarganya, ya!

DingDongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang