Cat Tring!

778 125 31
                                    

“Lima! Empat! Tiga! Dua! Satu!”

“Hiyakk!”

Shani menutup mata rapat-rapat. Wajahnya dikerutkan sebisanya. Beberapa detik, wajah Shani sempurna putih. Oleh bedak. Bedak bayi.

Tiga gadis lainnya, setelah membedaki muka Shani dengan brutal, tertawa terbahak-bahak. Gracia sampai bengek, sesekali bengekannya diiringi penghinaan pada kondisi muka Shani saat ini.

Pagi menjelang siang ini, di lantai tanpa alas di ruang tengah, duduk melingkar dengan Cimi ikut berdiam menumpu dua kaki depannya di samping Fiony—Arnold tidur tak peduli di sofa, mereka tengah bermain ABC Lima Dasar Potongan Lirik Lagu. Yang kalah jadi mochi alias mukanya mendapat taburan bedak bayi yang kebetulan rutin mereka beli untuk jaga-jaga ingin bermain permainan ini.

Tadi di huruf “D”, Shani tidak bisa menjawab. Di huruf sebelumnya lagi, Shani juga yang tidak bisa menjawab. Sebelum-sebelumnya, banyakan Shani yang nggak bisa jawab. Memang Shani kalah terus kalau main ini.

Jadi, dapat ditebak siapa yang mukanya paling mirip sama tembok ruang tengah yang kebetulan warnanya putih. Betul sekali, Shani.

Shani mendengus. Sayang sekali embusan napas dari dengusannya itu membuat bedak di wajahnya berterbangan, “Haciiih!” dan membuatnya bersin sendiri.

Yang lain makin tertawa.

“ABC lima dasar!”

Fiony kembali menginstruksi, memasang empat jari tangannya di lantai. Chika ikut, Gracia dengan tawanya yang tak kunjung usai ikut, Shani sembari mengusap-usap hidung juga ikut.

Hitungan dimulai oleh Fiony.

“A!” Dan mendapat huruf “A”.

Hening, berpikir.

“AH! Mungkin bagi dirimu!”

Akhirnya Shani jawab pertama! Betapa senangnya Shani.

Aitakatta, aitakatta, aitakatta, yes!”

Fiony bertepuk tangan meriah menyambut jawabannya sendiri, lantas ber-tos ria dengan Shani. Keduanya pun meraih botol bedak bergantian, dengan semangat, menyiapkan bubuk putih alat menghukum itu di telapak tangan masing-masing.

Chika dan Gracia mulai deg-degan.

“Aiwancyu!”

“ITU ‘I’!”

Gracia manyun. Ternyata cici dan adiknya tidak bisa dikibulin.

“Aku adalah anak gembala!”

Gracia!

Gracia kalah maksudnya. Chikalah yang tadi menjawab. Dan betapa senangnya Shani sebab Gracia akhirnya kalah!

“AKHIRNYA GRACIAAA!”

Tuh, kan. Shani paling semangat sampai langsung mengambil ancang-ancang mengelus wajah Gracia dengan telapak tangannya yang penuh bedak.

“Weh, tunggu dulu! Itung dulu!” Gracia menghindar, menjaga wajahnya dengan telapak tangan.

“Satuduatigaempatlima—”

“CEPET BA—”

HIYAKK!

“BENTAR!”

Lolos! Gracia kembali berhasil menghindar.

“CURANG!” Shani paling ngotot. Demi apa pun Shani segitu ingin balas dendam pada Gracia!

“BENTAR DULU BENTAR!” Gracia juga ngegas. “BERIKAN SAYA WAKTU, SHANI!” Sekali lagi sembari menghindari Shani yang masih juga berusaha.

DingDongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang