Langkah demi langkah yang pria berjubah hitam itu ambil cukup menggetarkan hati Yerim. Perasaannya tidak beres sejak kedatangan pria itu sedari awal. Bagaimana aura dominan yang terasa mencekam bagai menusuk kulit, dia berusaha mencekal tangan Jungkook. Namun lelaki itu menggeleng, mengusak surainya lantas bangkit meninggalkan Yerim.
Sudah saatnya.
Yerim sejenak meringis, punggungnya panas bukan main. Dari menit ke menit bagai terbakar diatas bara, Dadanya ikut sesak.
Apa ini rasa sakit yang Jungkook rasakan?
Jika iya? Yerim benar-benar tidak mengerti apa yang membuat lelaki itu tak ragu menghampiri dalang dari penyebab kehancuran ini terjadi. Jungkook memang tidak lemah, tapi apa tidak ada secuilpun rasa takut melingkupi perasaannya.
Jika benar ada.
Apa? Apa yang Jungkook takuti?
Akankah kematian? Atau mungkin rasa sakit? Sejauh ini dia masih belum bisa membaca tatapan mata lelaki itu. Terlalu banyak rahasia yang tak mudah Yerim mengerti. Jeon Jungkook dengan dunianya membawa Yerim pada lingkup kekosongan yang tiada arti.
Jadi, katakan. Apa yang tidak Yerim mengerti disini? Akankan presensi pria Jeon itu ataukah dirinya sendiri.
Yerim terlonjak kaget. "Jungkook!" ia berusaha memanggil pria itu.
Tubuhnya yang terkulai lemah bangkit saat Jungkook menarik kerah Heistro hingga jendela besar yang memantulkan antara pembatas luar dan dalam hancur. Mereka berdua jatuh ke lantai dasar.
Sorot matanya bergetar. Berlari secepat mungkin untuk menghampiri lelaki yang kini sudah menjadi sebagian dari tubuhnya. Rasa sakit Jungkook adalah sakitnya, bagaimana rasa nyeri menjalar di bahu kiri membuat ia sadar ada pecahan beling yang menancap pada bahu pria itu.
"Yerim tunggu!" Seulgi bangkit mengejar tubuh mungil yang kini mulai menjauh.
"Lumayan." Tutur katanya tersirat nada mengejek. Jungkook mengeraskan rahangnya.
Satu tangannya menarik pecahan kaca yang menancap pada bahu, mengabaikan rasa sakit. Melempar pecahan itu sembarangan. Dalam sekejap perubahan tubuhnya mulai terlihat, bagaimana kuku yang mulai memanjang bersamaan dengan taring yang mulai meruncing dan cahaya mata yang membiaskan cahaya merah kelam. Sayap hitamnya melebar.
Perubahan tubuh Jungkook secara keseluruhan sudah sempurna.
"Lucifer." Bibir tipis itu bergumam. Jungkook mendengarnya dengan baik bahwa Heistro menyebut namanya dengan nada datar.
"Kelahiranmu sejak awal sudah salah. Menjadi iblis berdarah campuran malaikat adalah kesalahan bagi bangsa kami. Mencampurkan darah antara dua bangsa yang berlainan adalah kesalahan fatal. Kau bahkan lebih buruk ketimbang Ayahmu. Memiliki darah campuran, lalu mencintai adikmu sendiri." Heistro menatap lurus. Menarik sudut bibirnya untuk mengukir senyuman.
"Sampah!"
Dalam sekejap Jungkook sudah berdiri di depan pria yang kini menatapnya datar. Menodongkan pedang besar itu tepat di depan lehernya. Tak ada sorot mata berarti, Jungkook sangat membenci itu. Tak ada ketakutan pada Iris matanya.
"Brengsek!" Hantaman telak mendarat pada wajah mulus Heistro tubuhnya terpental cukup jauh.
Jungkook kembali menarik kerah hitam itu penuh amarah, memberikan pukulan bertubi-tubi tanpa ampun. Melampiaskan kemarahan yang kini menguasai dirinya. Membanting tubuh itu dalam sekali sentakan.
Belum sempat tangannya kembali melayangkan pukulan, Hantaman keras membuat tubuhnya terlempar. Lehernya tercekik, Kobaran api panas melingkari titik dimana Jungkook berada. Pengabaian pada luka di tubuhnya mulai tak bisa ia lakukan lagi. Bibirnya meringis satu sayatan pada rahangnya membuat pria Jeon itu mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back for You.[Jungri] End√
Mystère / ThrillerSemua ini berawal dari masa lalu,Takdir dan Reinkarnasi yang membawa Jungkook untuk menemukan Yerim. [Jungri Story] [Start:22/2/18]