34. Jawaban ketidaknyamanan

91 9 2
                                    

"Papa ngelamun" Dimas merasakan sepasang tangan indah memeluknya dari belakang .....aroma segar sabun menyeruak di balkon rumahnya malam itu

"Baru baca interview mama di situs berita" ujarnya sambil mengelus elus tangan yang mendekap erat perutnya

"Udah cukup tentang akunya, kamu gimana hari ini? " Nadia melepaskan pelukannya dan berdiri menyampingi lelakinya,mata mereka tak sadar berpandangan

"Aku bangga sama Kamu , sama Kuta  dan Abah, oh iya aku juga memutuskan  resign,hehe" cengir Dimas

Nadia terdiam, Lelakinya menarik napas panjang  "kamu gak setuju ya?"

Mata Nadia memandangi langit malam yang sedikit mendung "would be nice kalo kamu bilang dulu sih" lirihnya

"Mereka gak butuh aku anyway" kesal Dimas, Nadia memutar matanya

"tapi kita butuh uangnya mas " kesal Nadia, Dimas tak sadar terkekeh

"Kamu? butuh uangku? becanda aja sayang" tawa Dimas lesu

"Look, stop! apapun yang abis ini kamu mau putusin stop! kita ngomong dulu" Nadia memegangi lengan Dimas yang terbengong

"Apaan sih sayang, paranoid deh" cengir Dimas, Nadia bisa membaca kegundahan di sorot mata suaminya

"Terakhir kamu kayak gini"

"Aku salah nyelup yeah" mereka berdua kemudian tertawa

Dimas menunjuk lembut dahi Nadia yang tampak khawatir "overthinking deh, kebiasaan" Lirihnya lembut

Nadia mengambil telunjuk Dimas dan membawanya ke bibirnya

"Aku gak mau kamu kenapa napa " ujarnya seraya mengulum lembut telunjuk itu

"Kalo kamu udah kayak gini,aku kayaknya bakal capek banget" ujarnya seraya mengejar bibir Nadia

"Mamaaaaaaaa" tiba tiba terdengar tangisan dari dalam rumah, dahi mereka tak sengaja terantuk

"Capek banget ngelonin entong" cengir Nadia Masam

Dimas terpingkal pingkal "gapapa asal bareng bareng"

******
Kantor Satrio, kawasan Pulogadung

"Gue tau lo lagi berduka yo, tapi coba fokus dikit,kami butuh lo yo! lo pegawai senior disini! lo yang gerakin project kita, jangan satu dua alasan melankolis bikin semua yang kita udah buat dari jauh jauh hari jadi buyar "

Satrio terdiam, dipandanginya wajah Edward si freshgraduate dari Minnesota, project leadernya yang baru

"Saya akan berusaha untuk kembali fokus pak, terimakasih" ujar Satrio terbata  lalu berbalik badan lemas meninggalkan ruangan sang atasan

"Lo mau kemana yo?"

"Kembali ke tempat saya kalau boleh" jawabnya dingin, amarahnya benar benar sudah memasuki atmosfir, satu kata saja, si sombong ini akan berakhir di rumah sakit, satu kata saja

"Gue belom nyuruh lo balik, tadi katanya mau fokus lagi, gini aja lo masih gak fokus,payah!" cerocos laki laki di depan Io kembali

Bruagggghhhhh,,Satrio meninju pipi Edward dengan keras hingga membuatnya tersungkur di meja kerjanya

"Putri saya meninggal dengan leher patah pak, istri saya rahimnya terluka dan sekarang masih dirawat intensif , kalo bapak bilang saya payah, iya pak saya sedang payah, tapi kalo bapak terus sudutkan saya begini maaf kalau saya harus tunjukkan siapa yang benar benar payah, saya atau bapak"

"Pak Satrio!! apa apaan ini pak??" beberapa orang berusaha menahan Satrio yang masih saja meronta ronta berusaha melepaskan pegangan mereka

"Ayo pak diri!!! kita liat siapa yang sebenarnya payah" tantang Satrio sambil tak sadar tertawa tawa sambil berairmata,keadaan kantor menjadi sedikit ramai siang itu

02.Kidung KesianganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang