28. "Kasian gagal."

1.6K 225 84
                                    

Typo ignore.

🚨🚨

Una berjalan mendekati suaminya yang sedang duduk di atas ranjang milik keduanya.

Una yang sudah mengganti pakaiannya dengan baju hamil nya, sedangkan Bima sudah dengan baju rumahannya.

Usna dan Rizky menolak untuk menginap ketika Sonia menawarinya untuk menginap saja. Hingga akhirnya keluarga Una pulang setelah Isya.

"Jadi gimana Ba?" Tanya Una menatap suaminya.

Bima menoleh, dia tersenyum tipis melihat raut khawatir Una.

"Jangan kaget ya Bu? Bubu kan udah tau kalo misalnya A Wira itu buronan." Ujar Bima mengusap pipi bulat istrinya.

Una mengangguk pelan. "Iya Ba." Balasnya pelan.

Bima menyerahkan Hp nya pada Una agar wanita itu sendiri yang membacanya langsung.

Una membaca itu dengan seksama. Bima bisa melihat raut terkejut Una, lalu menggeleng tidak percaya.

Una menatap suaminya yang juga menatapnya.

"Bubu gak boleh nangis, Bubu kan udah tau A Wira itu buronan polisi, sekarang Bubu tau kan alasannya apa. Baba gak mau Bubu kepikiran sampe berdampak sama si kembar, Baba gak mau. Masalah ini percayain sama Baba ya Bu?" Ujar Bima saat melihat Una yang hendak berbicara.

Una memeluk suaminya, lalu menangis. "Maaf Ba, tapi Bubu mau nangis." Ujarnya, Bima yang mendengarnya menggelengkan kepalanya pelan sembari terkekeh kecil.

"Yaudah nangis aja, tapi jangan sampe berlarut-larut ya?" Pinta Bima yang langsung diangguki Una.

"Kamu maunya kasih tau keluargamu?" Tanya Bima.

Una melepaskan pelukan itu. Lalu menggeleng pelan. "Jangan dulu Ba, nanti ibu shock, apalagi Bapak punya riwayat penyakit jantung. Biar nanti aja waktu A Wira udah di tangkap." Balas Una.

Bima mengangguk, "Yaudah kalo kemauan Bubu gitu, Baba ikut aja." Balasnya.

Una terkejut ketika melihat kelakuan Wira. Ternyata Kakak nya itu melakukan penggelapan uang perusahaan Om Jey, pamannya sendiri sebesar seratus juta. Entah untuk apa uang itu. Karena satu keluarga tidak ada yang tahu. Bahkan Om Jey pun tidak berbicara apapun.

Yang membuat Una tambah shock itu, ternyata Kakak nya juga mengonsumsi narkoba. Itu benar-benar di luar nalar Una. Kakak nya yang alim ternyata bisa seperti itu.

"Terus, Baba mau pergi buat nangkap A Wira?" Tanya Una.

Bima mengangguk. "Gak papa kan?" Tanyanya.

Una mengangguk. "Tangkap aja Ba." Balas Una lirih.

Bima tersenyum tipis. "Baba pasti tangkap, karena hukum harus di tegak kan." Balas Bima.

Una mengangguk pelan. "Baba tau dimana A Wira?" Tanya Una.

"Masih di Jogja ternyata. Kayaknya emang A Wira jadi tinggal disana." Balas Bima.

Una hanya bisa menghela napas pelan. "Gak kebayang reaksi Ibu sama Bapak gimana." Gumamnya.

Bima mengajak istrinya berbaring untuk istirahat. Tangannya sibuk mengelus perut sang istri.

"Jangan di pikirin, Ibu berhak tau kan sama Bapak." Balas Bima pelan.

"Ya iya, tapi gak kebayang aja gitu, bahkan aku rasa Ibu itu sayang banget sama A Wira, anak kesayangan jatuhnya kali." Jawab Una.

"Masa sih? Tapi kok Ibu keliatan sayang juga sama kamu. Kasih sayang seorang Ibu itu tak terhingga Bu. Sadar gak sadar pasti Ibu juga kadang perlakuin Bubu kayak anak kesayangan. Lagi pula wajar Ibu kayak gitu, Ibu mana yang gak khawatir anaknya hilang gak ada kabar selama ber tahun-tahun." Ujar Bima menjelaskan.

My Handsome Policeman ; ekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang