34. Super Bubu

1.3K 200 46
                                    

Typo ignore.

🚨🚨

Una menenangkan Yenisa yang masih setia menangis. Matanya tidak sengaja menatap siluet Satya dan Fahmi.

"Satya!" Teriak Una.

Satya dan Fahmi menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing. Mereka tersenyum ketika melihat Una yang melambaikan tangan pada mereka sembari tersenyum.

"Ada apa Kak?" Tanya Satya.

"Bisa minta tolong? Beliin Kakak air ya?" Pinta Una.

Satya mengangguk, dia menerima uluran uang sepuluh ribu dari Una lalu berjalan meninggalkan Una bersama Fahmi.

Bingung juga siapa yang ada di pelukan Una dengan menangis.

"Teh." Panggil Una pelan.

Yenisa melepaskan pelukan itu dan mengusap air matanya lalu menunduk.

Una tersenyum, "Udah lega?" Tanya Una.

Yenisa mengangguk pelan, "Kok kamu diem aja Na pas tahu kalo Wira buronan?" Tanya Yenisa menatap Una.

Una tersenyum tipis, "Una udah tahu duluan. A Bima yang kasih tahu duluan." Balasnya pelan.

Yenisa menghela napas pelan, "Kenapa gak kasih tahu Teteh?" Tanyanya.

"Maaf Teh, Una gak berani. Una juga belum kasih tahu keluarga Una. Teh Yenisa sembunyiin ini dulu ya?" Pinta Una, Yenisa mengangguk pelan.

"Kapan Bapak sama Ibu kesini?" Tanya Yenisa.

"Besok, semoga Ibu sama Bapak bisa terima." Balas Una tersenyum.

"Maaf ya Na, tadi Teteh reflek tampar Aa kamu." Ujar Yenisa.

Una terkekeh, "Enggak papa Teh, makasih udah wakilin Una buat nampar A Wira." Ujarnya.

Yenisa tersenyum tipis. Tidak lama Satya dan Fahmi datang lagi sembari memberikan dua botol air pada Una.

"Makasih Satya, Fahmi." Ujar Una sembari menerima botol itu.

"Sama-sama Kak. Kalo begitu kita pamit." Ujar Satya.

"Iya." Balas Una mengangguk.

"Mereka siapa?" Tanya Yenisa.

"Bawahannya A Bima." Balas Una, lalu memberikan satu botol air pada Yenisa.

"Makasih Na." Ujar Yenisa, Una mengangguk sebagai jawaban.

"Setelah Teteh tahu kalo A Wira itu buronan polisi, gimana perasaan Teteh?" Tanya Una tanpa menatap Yenisa karena dia fokus ke depan.

Yenisa menghela napas pelan, "Campur aduk, berasa mimpi." Balasnya pelan.

Una tersenyum lalu menatap Yenisa. "Dulu Una juga gitu, tapi Una coba terima kenyataan. Bagaimanapun, A Wira tetep Kakak Una." Ujarnya.

Yenisa mengangguk pelan. "Teh Yeni mau ke dalam lagi?" Tawar Una.

Yenisa terdiam sebentar, lalu mengangguk pelan.

My Handsome Policeman ; ekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang