Part 30 : Gak tahu

295 69 11
                                    

Beberapa hari ini Kevin sibuk sama temen temen barunya. Dia udah nggak ada waktu main atau nongkrong bareng sama sohibnya terutama Jeva.

Jeva sering murung di rumah karena nggak ada temen. Biasanya kan kevin mampir ke rumahnya buat main atau jeva yang mampir ke rumah kevin buat ketemu didi.

Itu dulu sih, sekarang rasanya sepi. Nggak ada yang ngajakin jeva main atau jalan jalan beli es krim. Jeva kangen di perhatiin kevin.

Iya, jeva itu bergantung banget sama kevin. Ayahnya kerja di luar kota nggak bisa selalu ada buat jeva, bundanya sibuk mengurusi toko roti yang sering ramai oleh pembeli, pulangnya aja kadang malam. Jadi di rumah jeva suka sendirian.

Hari ini, jeva belum ketemu sama kevin. Nggak tau kemana tuh kakak kelasnya, batang hidungnya nggak kelihatan sama sekali.


Jam pulang sekolah udah berbunyi 5 menit yang lalu, namun jeva masih betah duduk di bangkunya, buku pelajaran nya aja masih belum di beresi.

"Jeva kenapa? Sakit?"

Jeva menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan bayu.

"Kalo nggak sakit terus kenapa? Kamu kelihatan lemes banget gitu"

"Nggak tau bay"

"Lah gimana sih je"

Heri yang diam memperhatikan mereka berdua menggeser kursinya mendekat.

"Kamu mau cerita sama kita?"

"Cerita apa?"

"Yang buat kamu kayak gini, cerita dong biar kita tau apa yang ngebuat kamu sedih dari pada pendam sendiri bikin kamu sakit"

"Bener tuh yang di bilang heti"

Heri mengernyitkan dahinya.

"Heti siapa?!!"

"Eh maksud aku heri hehe... sorry typo r sama t kan sebelahan"

Muka heri datar mendengar jawaban bayu. Lalu mereka beralih ke jeva yang masih menelungkup kan kepalanya di tangannya.

"Je cerita dong, kita sedih loh kalo jeva sedih"

"Jeva nggak sedih kok"

"Terus kenapa dong?"

"Nggak tau"

Bayu ngelirik ke heri.

"Je, tumben kamu nggak bareng kak kevin"

"Kak kevin sibuk"

"Oh gitu ya"

Heri nyenggol kaki bayu.

"Emang kak kevin sibuk apa? Kayaknya nggak ada pertandingan basket deh"

"Jeva nggak tau hiks...hiks..."

Pas denger jeva mulai nangis bayu sama heri panik. Gimana nggak panik, mereka tuh jarang ngelihat jeva nangis, dia jatuh aja masih bisa cengengesan.

"Gimana ini her, apa yang harus kita lakuin, tanyakan peta"

"Jangan becanda bay"

"Aduh, gimana nih jeva nangis aku harus apa ini??!"

"Jeva cerita dong, jangan nangis, jeva ada masalah?"

"Hiks...hiks...hiks..."

"Eh, her coba telfon kak kevin deh"

"Aku nggak punya nomornya"

"Yaudah pake hapeku aja"

Heri mendial nomor telfon kevin dan terhubung.

"Halo ada apa bay?"

"Maaf kak, ini heri"

"Oh, ada apa her"

"Gini kak, kak kevin bisa nyusul ke kelas nggak? Jeva lagi nangis"

"Loh kenapa bisa nangis? Kalian apain?"

"Kita nggak ngapa ngapain kak, tiba tiba aja nangis"

"Duh, gimana ya her, aku pengan banget ke sana tapi nggak bisa, soalnya udah ada janji sama temen. Tolong anterin jeva ya"

"Oh yaudah kak kalo gitu"

"Oke makasih ya, aku tutup"

Sambungan berakhir. Heri ngebalikin hapenya bayu ke yang punya.

"Kak kevin ke sini"

"Lagi ada janji, jadi nggak bisa ke sini. Kita anterin pulang jeva aja"

"Yaudah deh ayo"

Heri dan bayu membujuk jeva untuk pulang. Untung nggak rewel. Pas di suruh berdiri langsung berdiri.

Tas jeva di bawa sama heri setelah ngeberesin buku dan alat tulis milik jeva, lalu bayu yang ngerangkul jeva, nutupin mukanya biar nggak ada yang lihat kalo dia habis nangis.

Di depan gerbang mereka ngelihat bagas ngeberhentiin motornya di depan mereka.

"Kalian mau pulang? Eh, itu jeva kan, kenapa?"

"Nggak apa apa kak"

"Coba lihat deh"

Jeva berusaha ngehindar tapi bagas yang pengen banget tau apa yang terjadi sama adek kelasnya sekaligus tetangga sekompleknya itu mencoba melihat.

"Je coba lihat kak bagas"

Jeva terpaksa nurut sama yang lebih tua.

"Ya ampun, siapa yang bikin kamu nangis?"

Jeva menggelengkan kepalanya. Terus bagas menatap bayu dan heri meminta jawaban, tapi mereka juga menggelang.

"Kalian mau anter jeva kan?"

"Iya kak"

"Biar aku aja yang anterin jeva, kita kan satu arah"

"Ng-nggak usah kak, nanti jeva ngerepotin kak bagas"

"Nggak ngerepotin, kan sekalian je, rumah kita kan deket"

Bagas nyerahin helm yang dia pake ke jeva.

"Kenapa helmnya di pakein ke jeva?"

"Biar kamu aman"

"Kak bagas pake apa?"

"Ini" bagas menaikan kupluk (?) hoodienya.

"Ayo naik"

Jeva menurut. Mereka berpamitan sama heri dan bayu, meninggalkan dua teman jeva di sana.



































****

Choi Bomin (Golden Child) as Revan Bagas Deonata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choi Bomin (Golden Child) as Revan Bagas Deonata

Jeva [Hyunjeong ver.] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang