Ainsley masih setia terjaga, ia tak tidur sama sekali sejak tadi. Ia masih terus duduk di sebelah Aiden sambil menunggu pria itu sadar.
Gadis itu menatap wajah Aiden dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Den, gue tau kalau lo itu masih sayang kan sama gue? Gue cuma bisa mengejar lo terus sambil berdoa semoga kita bersama-sama lagi."Hening, hanya itu suasana yang bisa digambarkan.
Ainsley meraih tangan Aiden, "Tapi, ketika lo udah minta gue untuk benar-benar pergi, maka gue akan pergi."
Gadis itu melepaskan genggaman tangan nya. Ia berjalan menuju toilet, ia berdiri di hadapan cermin sembari menatap kosong.
Shirley dan Amara sedang dalam perjalanan dari Bandung ke Jakarta sedangkan Damar tengah berada di Singapure.
Selama Ainsley ada di kamar mandi, Aiden sudah sadar bahkan mendengar kata-kata yang diucapkan Ainsley tadi namun ia yak kuat untuk membuka mata nya.
Ainsley keluar kamar mandi dan melihat Aiden yang tengah mencoba duduk, gadis itu segera membantu.
Aiden terdiam, ia membungkam mulut nya. Ingin rasa nya berbicara namun semua itu ia tahan, ingin rasa nya meminta Ainsley tetap memperjuangkan nya namun semua itu tak mungkin.
Pintu ruangan terbuka, menunjukkan dokter Reihan bersama salah satu suster. Aiden memberikan tatapan isyarat pada Reihan, pria itu mengerti tatapan Aiden.
"Permisi, saya periksa dulu pasien nya."
Ainsley mengangguk, ia memilih berdiri di dekat pintu agar tak menghalangi dokter dan suster.
"Pasien baik-baik saja, hanya saja ia butuh istirahat dan vitamin." ucap Reihan.
Suster mengajak Ainsley agat membayar administrasi. Gadis itu meninggalkan Aiden dan Reihan berdua di ruangan.
Sepeninggalan Ainsley, Reihan segera menatap tajam ke arah Aiden. Ia menarik nafas nya, "Sudah berapa kali saya bilang, kamu harus istirahat yang cukup."
"Beberapa hari terakhir ini saya sibuk dok, makanya sering begadang." jawab Aiden.
"Tapi kamu harus imbangi dengan konsumsi vitamin yang saya berikan. Sudah berapa kali saya bilang bahwa vitamin itu diminum teratur bukan dengan peraturan yang kamu buat seenak jidat." nasehat Reihan sambil menyentil jidat Aiden.
"Iya dokter, saya akan konsumsi obat itu dengan baik." balas Aiden dengan nada yang dibuat-buat.
"Kemarin saya habis mengecek beberapa orang yang mau mendonorkan nya untuk kamu namun masih tidak ada yang cocok, jadi saya harap kamu bersabar ya."
Aiden terdiam, ia tak berniat menanggapi perkataan Reihan.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan Nabila bersama kedua sobi nya. Aiden memutar bola mata nya, ia menarik selimut nya lebih tinggi. Melihat ada yang menjenguk pun Reihan segera keluar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELLEITIE
Romance🍄🍄🍄 "Cinta itu harus dikejar, kalo didiemin gak bakal dateng sendiri."-Ainsley Chloe ~slow story~ 🍄🍄🍄