30. Penjara

19 4 0
                                    

Ainsley sudah tersadar sejak tiga jam lalu, Aiden sempat melihat nya namun saat Marteen memanggil nama nya, pria itu segera keluar ruangan dan tidak menemui gadis itu hingga sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ainsley sudah tersadar sejak tiga jam lalu, Aiden sempat melihat nya namun saat Marteen memanggil nama nya, pria itu segera keluar ruangan dan tidak menemui gadis itu hingga sekarang.

Ainsley duduk sambil bersandar pada headboard bankar, wajah nya terlihat datar. Marteen yang duduk dengan menaiki satu kaki di atas satu kaki lain nya dengan badan tegap pun juga berekspresi datar.

"Ainsley kesel sama papa."

Marteen menoleh, menatap putri nya selama dua menit tanpa bersuara. Ia berdeham sebelum berucap, "Hm, kenapa kamu kesel sama papa? Apa salah papa?"

Ainsley melirik sekilas, "Papa kenapa larang Aiden untuk jenguk Ainsley sih? Ainsley seneng kedatengan Aiden, tapi papa bikin Ainsley kesel."

Marteen mengubah posisi duduk nya,
"Papa gak suka dia."

Ainsley menoleh dengan cepat, mereka saling diam dengan tatapan yang sama-sama tajam.

"Dia gak baik untuk kamu, dia buat kamu menderita. Kamu pikir papa gak tau apa yang terjadi selama ini? Kamu di untit, kamu di bully, kamu sakit hati. Itu semua karena dia, karena Aiden."

Ainsley terdiam, tak bergeming sama sekali. Dalam hati ia menyetujui perkataan papa nya. Tapi, ia mencoba berpikir untuk mencari jawaban yang tepat agar tak harus berdebat panjang oleh Marteen.

"Karena Ainsley mau."

Marteen menggeleng kan kepala, "Papa paham kamu sayang dia, tapi kalau sudah seperti ini tidak bisa, Ainsley. Itu nama nya udah gak bener, seharus nya kamu jangan mengejar-ngejar dia. Kamu perempuan, gunakan cara elagan."

Ainsley tersenyum, ia memicing kan mata nya. "Jadi, maksud papa itu aku tetap boleh sama Aiden asalkan bersikap elegan dan gak semberonoh kayak kemarin? Kalau begitu Oke!"

"Enggak gitu Ainsley, beda konsep. Papa mau kamu berhenti berhubungan sama dia, entah sebatas pacar atau pun mantan."

"Kalau sebatas teman boleh?"

Marteen mengangguk kan kepala nya,
"Boleh, tapi gak kayak kemarin. Jangan genit, papa gak suka."

"Oke! Sebatas teman, teman hidup." guna Ainsley sambil cekikikan.

Marteen melototkan mata nya, ia menyentil pelan lengan anak gadis nya.
"Papa gak akan pernah restuin kamu walaupun kamu sujud-sujud sama papa."

"Pa, apa salah Aiden sama papa sih? Papa kenapa benci banget sama dia? Ini kayak bukan papa."

Marteen terdiam, "Dia sudah cukup buat kamu menderita apalagi sampai seperti ini."

"Ini musibah, bukan karena Aiden. Papa harus bisa bedain, papa boleh keras ngatur aku sama Kelvin tapi untuk masalah hati gak bisa pa."

"Lebih baik papa pulang aja, istirahat. Aku tau papa belum tidur, lagi pula besok papa udah berangkat kerja lagi kan? Jenderal gak boleh sakit." lanjut Ainsley.

VELLEITIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang