Kyaaa

839 123 12
                                    

"Tolong, jika kau gila jangan ajak aku juga."
.

.


"Apa kau gila?"

Aku nyaris menyemburkan kopi yang aku minum sesaat sebelumnya. Di depanku ada Kuroo Tetsurou, seseorang yang mengaku sebagai penggemar nomor satuku.

Jika tidak mengingat perkataannya tadi mungkin aku akan tertawa saat ia bilang sebagai penggemarku. Memangnya aku siapa? Artis yang punya ribuan fans?

Aku hanya Tsukishima Kei, orang biasa. Orang sarkas yang cenderung lebih suka menyakiti hati orang daripada menghibur mereka.

Tidak, katanya aku orang istimewa.

"Megane-kun aku tidak gil--"

"Jangan panggil aku begitu!" sanggahku. "Lagian kita bahkan tidak pernah bertemu!"

"Walaupun begitu aku fans mu."

Dia gila!

Jika dia orang biasa aku akan dengan senang hati mengabaikan ucapannya. Masalahnya, Kuroo Tetsurou yang ada di depanku bukan hanya sekedar anak SMA kurang kerjaan tetapi juga aktor yang sering membintangi layar kaca.

Seorang aktor jadi penggemar orang biasa?

Bahkan penulis paling absurd pun tak akan berpikir menulis kisah ini. Tidak menarik, bahkan tidak akan ada yang memikirkan tentang hal ini.

"Aku tidak suka punya fans."

"Kalau gitu ayo pacaran, aku cinta kamu."

Aih, menyebalkan sekali orang yang satu ini.

"Aku tidak suka backstreet, kamu 'kan Aktor makanya harus menjaga reputasi mu," kataku. Jariku ingin meraih gelas minuman kaca, namun tangan lain malah meraih tanganku lebih dulu.

"Kau ingin aku berhenti jadi aktor?" katanya sembari mengelus-elus punggung tanganku. Bahkan membuat tanganku menyentuh pipinya yang tertutup masker.

Mataku nyaris melotot dan menarik tanganku dengan cepat.

Lalu menggeleng.

Aku tak sudi, para fans nya akan mengejarku karena menyebabkan idola mereka hengkang dari dunia entertainment.

"Jangan gila, Kuroo-san."

Kuroo mendesah lelah, butuh beberapa menit untuknya berfikir.

Aku berterimakasih kalau saja ada fans yang mengenalinya dan mengerubunginya, aku pasti akan dengan mudah akan melarikan diri.

"Tapi ak-"

Kata-katanya terputus, ada dua orang gadis yang malu-malu menghampirinya ah--tidak, lebih tepatnya menghampiriku.

"A--ano," yang satu berambut pendek, dia malu-malu untuk berbicara.

Yang satunya rambut panjang terikat, dia menyenggol temannya dan merebut telepon pintar. "Temanku agaknya menyukaimu, boleh kau memberikan nomer teleponmu?"

Aku melirik Kuroo.

Wah, sepertinya aku menemukan cara untuk kabur darinya.

"Tentu," kuraih telepon pintar yang ia sodorkan, lalu mengetik sederet nomer teleponku. "Kau bisa meneleponku malam ini," aku tidak tersenyum, tapi dia kegirangan.

Gadis manis berambut pendek ragu-ragu mencoba meneleponku. Teleponku berbunyi, aku memamerkannya pada kedua gadis itu.

Brak

Kupikir Kuroo akan menyerah ketika melihat ketertarikanku pada orang lain.

Nyatanya lebih parah, dia membuka masker dan topinya. Napasnya terengah-engah karena kesal, dan dia buru-buru menyambar lenganku. Memeluk tubuhku dari belakang, dan memamerkan senyum lebar.

"Maaf nona, tapi tolong jangan menghubungi calon masa depanku."

"Ha?" aku melongo.

Dia beralih melihatku, lalu berkedip beberapa kali seolah aku yang gila di sini. "Ayo Kei kita langsung menikah saja."

Dia gila, dan ketidak warasannya mempengaruhi diriku.

-Fin-

Ketika buat cerita ini mungkin saya sedang berhalu jadi pacar bias :v

Kurotsuki FanbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang