"Merah, noda dan darah. Aku perlu malam, ketika matahari tidak membuatku menjadi debu."
.
.
Selama hidupku, mungkin kali ini adalah sesuatu yang paling berbahaya.
Aku bertemu dengan para pemburu hadiah, petugas pemerintah dan orang-orang yang membenci vampir dalam satu waktu. Mereka bertengkar untuk memperebutkanku, saling serang dengan masing-masing ada pula yang mencoba mengarahkan senjata padaku.
Hasilnya?
Aku terluka, cukup parah.
Napasku terengah-engah, keram pada jantung yang tak pernah berdetak.
Indera penciumanku mati rasa, kakiku sakit seakan ditusuk tumpukan jarum. Aku butuh darah.
Manusia--
Hah ... hah ... hah
Namun kenapa? Kenapa aku bertahan di dunia yang membenci spesies ku ini? Lebih baik mati, mati saja.
Aku ingin menyusul Yaku dan yang lain.
Aku tidak ingin bertahan--
"Eh ...."
_____
Aku terbangun, oleh sinar matahari yang menyelusup ke gorden. Rasanya panas, aku berguling ke sisi kanan dan jatuh menimpa seseorang.
Seseorang bernetra madu, di bingkai kacamata. Matanya nampak indah, sorotnya tanpa ragu balik menatapku.
Detak jantungnya terdengar jelas.
Gawat, dia manusia.
Aku menghindar, mengalihkan tujuan ke pojok ruangan. Gorden ia tutup, hingga aku bisa melangkah dengan bebas.
"Siapa kamu?"
pertanyaan tak etis, aku mundur ketika ia mendekat. Ia mengiris jaringan kulitnya dengan cutter. Aromanya, seperti madu. Harum, manis dan hangat.
Aku mundur.
Tidak ingin menjadi gila.
Tapi ia tetap mendekat, aku bolak-balik berlari mengelilingi ruangan ini. Lama kami akan bermain kejar-kejaran, hingga ia membuka tirai dengan kesal.
Mati aku.
Aku terpaku pada sudut yang masih tak tersentuh sinar matahari.
Dan ia mendekat.
"Aku Tsukishima Kei," mulutnya berucap ringan. Mata yang menatapku tanpa ada bias takut, dan tangannya yang terulur mendekat.
Aku bisa gila, aroma dari darahnya.
"Kamu bisa menghisap darahku, Kuroo-san."
Senyum yang menawan, aku ragu-ragu mengecap rasa darahnya. Sial, darahnya seperti merayuku untuk tidak melepaskannya.
Tsukishima Kei, orang itu duduk di pangkuanku. Kancing pertama dan kedua dibuka, itu membuat lehernya terekspos begitupula aroma sabun yang ia pakai.
Aih, aku mengutuk hidungku yang sensitif ketika tanpa sadar taringku sudah menancap disana, membuat tanda yang seumur hidupnya tak akan hilang.
Itu tanda kepemilikan.
Artinya ...
"Senang bisa bersamamu selamanya," dia tersenyum bahkan ketika tahu resiko dari tanda itu.
Mulai sekarang, Tsukishima Kei akan menjadi bagian dari hidup Kuroo Tetsurou.
Sebagai, makanan.
Juga ... sebagai alasan aku harus tetap hidup.
-Fin-
No ... coment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurotsuki Fanbook
FanfictionCuma cerita singkat antara Kuroo Tetsurou dan Tsukishima Kei dalam berbagai tema. Mungkin senang, mungkin sedih atau bahkan melukai hati? Nggak tahu deh, suka-suka Saya. Haikyuu ©Furudate Haruichi Cover Art ©Shigurefusawa