Tidak Terduga;

497 74 1
                                    

Semua baru terasa saat seseorang itu mengalami hal yang membuatmu ketakutan akan kehilangannya.

Semua baru terasa saat seseorang itu mengalami hal yang membuatmu ketakutan akan kehilangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruang tunggu unit gawat darurat, Dimas sebagai Ayah dari Jake telihat kelimpungan. Tidak henti-hentinya dia mondar-mandir di depan pintu ruangan tersebut. Pasalnya, sampai detik ini masih belum ada kepastian dari dokter yang memeriksa bagaimana keadaan putranya itu.

Sedang, Ayyara duduk di kursi bersama Jeffry dan juga Sunghoon. Pemuda itu baru saja datang setelah ditelepon oleh sepupunya. Pantas saja Jake tak kunjung tiba --menurut Sunghoon.

Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan seorang dokter pria dan suster di sampingnya. Dengan sigap Dimas menghampiri. Begitu juga Ayyara, Jeffry dan Sunghoon.

"Bagaimana dok? Apa anak saya baik-baik saja?" tanya Dimas yang begitu khawatir.

Dokter itu berkata, "begini Pak, anak Anda... mengalami pendarahan otak akibat benturan yang cukup keras dibagian kepalanya dan juga spinal cord injury atau biasa di sebut dengan cedera pada tulang belakang. Kami meminta persetujuan Anda agar kami segera melakukan tindak operasi."

"Baiklah dok. Tolong lakukan apapun agar anak saya selamat. Saya akan membayar berapapun biayanya," jawab Dimas memohon.

Dokter tersebut mengangguk mengerti. "Baiklah kalau begitu. Saya permisi," ucapnya.

Dimas menunduk sekilas. "Terima kasih dokter," ucapnya.

"Sus tolong berikan surat persetujuannya dan siapkan ruang operasi," ucap Dokter itu dan pergi meninggalkan ruangan.

Ayyara mencegah dokter itu. "Maaf dok, bisakah kami menemui pasien sebentar saja?" tanyanya sambil memohon.

Dokter itu mengangguk. "Hanya sebentar dan satu orang, karena pasien masih belum sadarakan diri," jawabnya.

Ya, Jake telah dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan insentif.

"Terima kasih dokter," sahut Ayyara dan menghampiri Jeffry.

Dimas sudah selesai dengan persetujuan untuk operasinya. Ayyara pun menghampiri pria itu. "Pak, Anda bisa masuk ke dalam untuk melihatnya. Dokter sudah mengizinkan tadi," ucapnya. Dia tahu kalau Ayah Jake itu dalam keadaan bingung dan tidak dalam keadaan untuk berpikir dengan baik.

Dimas itu mengangguk dan masuk ke dalam ruang ICU untuk menemui putranya yang sedang terbaring lemah. Tidak lupa memakai jubah khusus untuk pengunjung. Sedang, Ayyara hanya melihatnya dari kaca yang terhubung dengan ruangan tersebut.

Dimas menghampiri Jake yang sedang terbaring dengan berbagai macam alat yang menempel di tubuhnya, dengan perasaan hati yang berdesir begitu sesak. Air mata pun sudah tidak dapat terbendung lagi melihat putra semata wayangnya kesakitan seperti itu.

"Jake..." lirih Dimas sambil menatap sendu anaknya.

Dia menggenggam tangan Jake. "Sungguh maafkan Papa." Dimas menangis terisak di hadapan putra satu-satunya itu.

Integral | Jake Sim ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang