Sebuah Fakta;

437 65 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Biasanya di Apartemen 127 itu terlihat kosong dan sepi, tak ada tanda kehidupan karena sang pemiliki bekerja. Tapi, tidak untuk hari ini. Ayyara baru saja selesai membereskan beberapa perabotan di ruang tengah. Perempuan itu ingin mengubah suasana, karena saat ini hatinya sedang dilema.

Ya, sudah kurang lebih satu bulan sejak keputusan pihak sekolah yang memberhentikan tugasnya itu, membuat Ayyara menjadi lebih murung dan selalu melampiaskannya dengan bersih-bersih Apartemen. Ada saja kegiatan yang dia lakukan guna agar bisa melupakan kejadian itu. Bahkan Jeffry sampai kehabisan cara agar Ayyara berhenti bersikap seperti itu.

"Apalagi yang harus aku lakukan?" gumamnya.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menghampirinya. "Bersihkan Apartemenku, bagaimana?" Ya, itu Jeffry yang baru saja lepas piket di rumah sakit.

"Kamu udah pulang? Di sini nggak ada makanan, aku belum belanja." Ayyara meletakkan alat pembersih debu di tempatnya. Lalu berjalan menuju lemari pendingin yang ada di sana.

Sambil membuka sekaleng cola, Ayyara membawa satu untuk diberikan pada Jeffry. "Gimana kalau kita makan diluar Jeff?" tanyanya lalu menyeruput minuman tersebut.

Jeffry yang menerima cola itu, langsung dia letakkan di atas meja. Sebab pria itu tidak terlalu suka soda. "Boleh, mau makan di mana?" sahutnya. Ini kesempatan langka Ayyara mau keluar Apartemen.

"Di mana aja terserah kamu. Aku mandi dulu kalau gitu. Jangan sampai terlambat, ya," ucapnya dan berlalu begitu saja ke kamar utama.

Melihat tingkah Ayyara yang seperti itu, jelas saja Jeffry tahu apa sebabnya. Dan hal ini tidak boleh terjadi berlarut-larut. Jeffry harus memikirkan sesuatu agar Ayyara kembali seperti dulu lagi. Pria itu tahu, guru adalah jalan hidup Ayyara tapi karena masalah di sekolah membuatnya harus membuang mimpi itu.

Sebab, Ayyara sudah mencoba mendaftarkan diri di sekolah lain dan mendapati fakta perempuan itu dikeluarkan dari sekolah sebelumnya, membuat resume dirinya menjadi sedikit minus untuk dinilai. Tentu saja penolakan yang selalu Ayyara terima. Makanya, perempuan itu seperti orang frustasi sekarang.

Pada akhirnya, Jeffry mencoba menghubungi Sunghoon --sepupunya.

"Hoon, lo di mana?"

[Kenapa Bang? Gue masih di sekolah.]

"Dateng ke Apartemen gue, ajak juga teman-teman lo yang waktu itu."

[Untuk apa? Gue berniat ingin mengunjungi teh Ayyara bersama Jake dan yang lain.]

Jeffry tersenyum senang, dengan begitu semuanya akan mudah.

"Kebetulan Hoon. Kalian bisa mengunjungi Ayyara. Tapi, dengan alasan ingin belajar dengannya. Bagaimana?"

Integral | Jake Sim ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang