00. Prolog

3.9K 137 11
                                    

Terkadang kita baru merasakan kehadirannya ketika kita sudah merasakan kehilangan.

Mahalini menatap kasur disebelahnya yang tampak rapi.
"Gak pulang lagi." Ujarnya dalam hati. Ia menarik nafas dalam, menguatkan hatinya, dan beranjak ke dalam kamar mandi.

Mahalini Raharja, istri dari seorang pria bernama Raja Giannuca. Sudah 6 bulan usia pernikahan mereka, tapi semua tetap sama. Suaminya, Nuca, tak pernah sekalipun melihat keberadaannya di rumah ini sebagai istri. Jangankan melihat Lini sebagai istri, Nuca bahkan seperti tidak menganggap kehadiran Lini di rumah ini.

***

Suara langkah kaki membuat Lini menoleh kearah pintu utama. Nuca, suaminya, baru saja memasuki rumah. Segera ia tinggalkan sarapannya dan menghampiri suaminya tersebut.

"Nuc? Kamu semalem gak pulang?" Tanya nya lembut sambil mengambil tas kerja Nuca.

Tidak ada jawaban dari sosok yang ditanya. Bahkan ia hanya berjalan menuju tangga tanpa melirik Lini. Tak menyerah, Lini segera menyusul dan mendahului langkah Nuca yang akan menuju ke kamar mereka.

"Aku siapkan air hangat untuk kamu mandi, ya." Ujarnya seraya bergegas menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar mereka.

***

Lini masuk ke dalam walk in closet dan mulai menyiapkan baju kerja yang akan dipakai oleh suaminya.

Baju kerja? Baru pulang sudah akan berangkat kerja lagi? Jika kalian bertanya seperti itu, jawabannya iya. Karena Lini tau, alasan Nuca tidak pulang, hanya karena menghindarinya. Bukan karena lembur di kantor atau semacamnya. Lini tau, Nuca pasti menginap di rumah Samuel semalam. Dalam seminggu, hanya 2 hari Nuca akan tidur bersamanya. Sisanya? Nuca lebih memilih menginap di rumah salah satu temannya. Atau bahkan, ia lebih memilih menyewa sebuah kamar hotel untuk tidur, dan pulang ketika pagi hari untuk sekedar mandi atau sarapan.

"Nuc, baju kamu udah aku siapin. Aku turun dulu siapin sarapan untuk kamu ya." Lini berkata di depan pintu kamar mandi dan kemudian langsung turun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.

***

Nuca yang sudah selesai mandi menuruni tangga dan duduk di meja makan. Dengan santainya, ia mengambil roti dan mengolesinya selai coklat yang sudah tersedia diatas meja, lalu memakannya.

Sedangkan di dapur, Lini yang sudah selesai membuat nasi goreng tersenyum senang sembari menatap puas sepiring nasi goreng buatannya. Ia meraih secangkir kopi dan berjalan menuju meja makan dengan senyum yang masih menempel pada wajah cantiknya.

Ketika sampai di meja makan, senyumnya luntur begitu melihat suaminya tengah menyantap lahap roti yang tersedia diatas meja sembari fokus memainkan ipadnya. Lini menarik nafas dalam dan menaruh nasi goreng dan secangkir kopi di depan Nuca.

"Nuc, aku udah buatin nasi goreng untuk kamu. Makan ya?" Tanya Lini hati-hati. Ia sangat takut membuat pria dingin di depannya ini marah.

Nuca melirik sekilas nasi goreng buatan istrinya dan kembali menyantap roti ditangannya sembari mengecek jadwalnya hari ini melalui ipadnya. Tidak sedikit pun kata keluar dari mulutnya.

Lini menatap sedih suaminya yang masih fokus memainkan ipadnya.
"Sampai kapan seperti ini terus? Sampai kapan dia terus menyalahkanku atas kejadian 6 bulan yang lalu?" Tanya Lini dalam hati.

Nuca beranjak dari duduknya setelah meminum kopi buatan sang istri. Ia berjalan keluar begitu saja dari rumahnya meninggalkan Lini sendiri di dalam. Tidak ada pamit, tidak ada pelukan, tidak ada ciuman mesra selayaknya suami-istri.

Lini yang masih duduk di meja makan mulai mengeluarkan buliran air matanya.

"Aku gak sanggup, Ly. Kalau tau seberat ini, aku tidak akan menuruti permintaan kamu. Gak akan." Ujar Lini bermonolog sembari terisak.

Ia sakit. Ia terluka. Ia tertekan hidup bersama Nuca. Ia tak tahu berapa lama lagi ia akan bertahan.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang