14. Pulang

2K 153 24
                                    

If our love is tragedy, why are you my remedy?
If our love's insanity, why are you my clarity?
Zedd, Foxes - Clarity

Enjoy!❤️

***

Nuca duduk termenung di kamarnya.

"Jangan pernah temuin aku dan Zavier lagi."

Perkataan dan sorot mata penuh kebencian yang Lini tunjukkan masih amat jelas terekam di dalam kepalanya.

Zavier. Putranya. Buah hatinya. Nuca kembali menangis mengingat pertemuannya dengan Lini dan juga Zavier.

"Segitunya kamu gak mau ketemu aku, Lin?" Lirih Nuca bermonolog.

Nuca bangkit dan mulai mengacak-acak seluruh barang yang ada di kamarnya, melampiaskan seluruh emosi yang bersarang di dalam dadanya. Tangannya terhenti ketika akan menyenggol sebuah bingkai foto.

Foto pernikahannya dengan Lini. Nuca menatap foto itu. Wajahnya terlihat sangat dingin sedangkan Lini menampilkan senyum terbaiknya. Nuca duduk di lantai dan menyandarkan punggungnya pada pinggir tempat tidurnya.

Bodoh. Kenapa ia baru menyadari rasa cintanya kepada Lini? Kenapa baru sekarang setelah Lini sudah menjauh dari kehidupannya? Kenapa tidak sejak dulu saat Lini masih setia dan sabar menunggunya. Kenapa baru sekarang?

"Maaf, Lin. Maaf." Lirih Nuca untuk kesekian kalinya.

***

Kedatangan Nuca sore tadi benar-benar berefek pada Lini. Sedari tadi, Lini masih terbayang bagaimana ketulusan yang terpancar dari mata Nuca.

"Lin." Panggil Tiara. Lini menghapus airmatanya dan menoleh.

"Kenapa, Ti?" Tanya Lini tersenyum.

"Gimana kamu dan Nuca? Udah ngomong?" Tanya Tiara. Lini menggeleng.

"Aku gak tau harus ngomong apa sama Nuca, Ti. Gak tau. Satu-satunya kata yang keluar dari mulutku tadi adalah minta dia supaya ga temuin aku dan Zavier lagi." Jujur Lini.

"Lin, maaf. Tapi menurut aku, gak ada salahnya kamu coba untuk maafin Nuca kan? Aku dan Samuel tau gimana hancurnya Nuca tanpa kamu, Lin. Walaupun dia selalu berusaha terlihat baik-baik aja, tapi dia sangat rapuh, Lin. Aku tau gimana frustasinya Nuca waktu nyari kamu tapi gak ketemu. Sekali lagi aku minta maaf, Lin. Bukan maksud aku untuk ikut campur atau membela Nuca. Tapi kamu ingat, sekarang kamu punya Zavier, Zavier juga butuh figur seorang ayah." Tiara mencoba membuka jalan pikiran Lini.

"Aku bisa jadi ayah sekaligus ibu untuk Zavier. Lagipula, selama aku hamil aku selalu sendiri. Gak ada sedetikpun Nuca menemani dalam masa kehamilanku kan?" Bantah Lini.

"Lin, Nuca gak ada disamping kamu itu karena kamu merahasiakan semuanya dari Nuca." Ucap Tiara dengan tegas.

Lini terdiam. Tiara benar, tapi apa memang ia harus berdamai dengan Nuca? Hati kecilnya masih menolak untuk hal itu. Ia belum bisa sepenuhnya memaafkan, apalagi mempercayai Nuca lagi.

"Lin, jangan egois. Pikirin Zavier juga. Sekarang kamu udah gak sendiri." Ucap Tiara memperingati. Tiara lalu keluar dari kamar Lini.

Lini masih termenung memikirkan semua ucapan Tiara.

"Kamu seneng kan, nak? Walaupun kita cuma berdua tanpa papa? Kamu gak butuh papa, kan? Berdua sama mama aja cukup ya, sayang?" Tanya Lini meminta persetujuan Zavier.

***

Sudah dua hari ini Nuca tengah disibukkan dengan kegiatannya menata kamar bayi untuk Zavier. Nuca meminta bantuan Tiara untuk berbelanja peralatan bayi.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang