05. Berubah?

2K 126 21
                                    

Enjoy!❤️

"Nuc" panggil Lini yang tiba-tiba membuka matanya.

Nuca terkejut. Ia segera menurunkan tangannya yang hampir menyentuh rambut istrinya. Nuca panik karna aksinya ke-gep, namun ia berusaha tenang. Seperti terhipnotis, bukannya beranjak Nuca malah terdiam menatap lekat bola mata Lini yang sangat indah. Jarak antara wajah mereka sangat dekat.

"Nuc?" Panggil Lini sekali lagi. Nuca tak menggubris panggilan Lini. Perlahan, ia memajukan wajahnya semakin mendekat pada wajah Lini. Lini jelas mengetahui gerak-gerik Nuca mengarah kemana. Pipinya terasa sangat panas. Ia yakin, pipinya sudah berubah menjadi sangat merah saat ini.

Nuca mencium bibir istrinya itu lembut. Lini membelalakan matanya. Ada apa dengan suaminya?

"Emm, Nuc. Udah." Lini menghentikan aksi Nuca dengan menjauhkan wajahnya dari suaminya. Bukannya Lini tidak senang, tapi sekarang sudah terlalu malam dan Nuca belum mandi.

Mereka terdiam, kecanggungan menyelimuti mereka berdua. Mereka sama-sama terkejut atas tindakan Nuca barusan.

"Udah teralu larut, kamu belum mandi. Aku siapkan air hangat dulu." Ujar Lini memecahkan kecanggungan antara mereka. Ia segera beranjak dan berjalan menaiki tangga meninggalkan Nuca yang tetap pada posisinya.

"Bego, Nuc! Bisa-bisanya kelepasan!" Rutuk Nuca pada dirinya sendiri.

Nuca selalu bisa mengendalikan dirinya sendiri. Bahkan waktu bersama Lyly, ia tak pernah menyentuh Lyly sedikit pun. Ia bahkan tidak pernah mencium Lyly. Mereka hanya bergandengan dan berpelukan saja. Tapi untuk kali ini, ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Dan itu semua karena Lini.

***

Di dalam kamar, Lini hanya diam berdiri dibalik pintu kamarnya, menetralkan detak jantungnya, dan memegangi bibirnya yang baru saja dicium oleh Nuca. Jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini. Tentu saja ia sangat senang.
Mungkinkah ini sebuah pertanda yang baik untuk masa depan rumah tangganya bersama Nuca?

Lini bergegas masuk ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk suaminya tersebut, setelahnya ia masuk ke dalam walk in closet mereka untuk menyiapkan baju tidur untuk Nuca.

Tak lama, Nuca memasuki kamar. Ia berpapasan dengan Lini yang baru saja keluar dari walk in closet mereka.

"Udah siap air hangatnya, Nuc. Ini bajunya aku taruh disini ya. Aku turun dulu siapin makan malam buat kamu." Ujar Lini meletakkan baju tidur Nuca diatas kasur dan segera bergegas keluar dari kamar mereka.

Lini tidak bisa berlama-lama berada dalam satu ruangan yang sama dengan Nuca setelah kejadian tadi. Jantungnya selalu berdegub tidak jelas jika mereka bersama.

***

Nuca menuruni tangga bertepatan dengan Lini yang telah selesai menyiapkan makan malam untuk Nuca.

"Makan, Nuc." Suruh Lini. Lini ingin bergegas masuk ke dalam kamarnya, namun ia takut Nuca akan marah.

"Emm.. Nuc, aku boleh naik duluan? Aku udah ngantuk." Tanya Lini. Nuca tahu istrinya berbohong. Nuca menggeleng.

"Terus ninggalin aku makan sendirian?" Tanya Nuca. Lini menghela nafasnya.

"Iyaudah aku temenin." Ucapnya pasrah.

Nuca fokus makan, sedangkan Lini sedari tadi gelisah. Detak jantungnya berdegub sangat tidak beraturan saat ini.

"Lin, soal yang tadi, maaf aku kelepasan." Ucap Nuca to the point.

"Gak apa, Nuc. Aku istri kamu kalo kamu lupa. Jadi ya nggak apa-apa." Jawab Lini dengan berani walaupun pipinya sekarang sudah seperti kepiting rebus.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang