Pukul 7 pagi, di awali bersama dua orang berseragam rapih, yang sedang tak karuan memegang poster pertunjukan musik bulan depan.
Mark dan Haechan menunggu di depan foto copy-an, dengan buru- burunya mengambil sisa poster dan berlari ke depan gerbang sekolahnya.
"Njir, cepetan dikit Chan jalannya." ucap Mark dengan wajah paniknya.
"Sabar anjing, kalo gue lari yang ada nanti posternya bakal terbang."
Haechan sudah berkeringat, ia lelah sekali memegangi banyaknya poster di kedua tangannya yang penuh menggendong lembaran itu.
Tiba- tiba.
KREKKKK!1!
Suara gerbang tertutup.
"Mampus." kata Mark kecil, lalu menoleh ke arah Haechan yang masih 3 meter di belakangnya.
"Anjing anjing anjing." ucap Haechan yang kesal melihat semua orang tengah berbaris rapih di balik pagar.
Mark menetralkan pikirannya, dan berfikir untuk bisa masuk ke sekolahnya ini.
"Manjat pager belakang aja gimana?" tanya Haechan sambil melirik Mark yang sudah pusing sendiri.
Mark yang tadinya berfikir keras, langsung menganggukkan kepalanya dan berjalan cepat ke bagian belakang sekolah.
Ketika sudah sampai di sana, Haechan langsung menarik nafas panjang. "Manjat si manjat, tapi ga gini juga dong." ucap Haechan sambil memperlihatkan tangannya yang penuh poster.
Mark terkekeh. "Ck, sini gue bantuin pegang."
"Dari tadi kek anjing."
Setelah itu, Haechan dengan cepat memanjati pagar belakang yang sudah usang dan jarang di buka. Mark yang tengah was- was memperlihatkan matanya ke arah lain untuk berjaga dari Osis sekolahnya.
BRUK!
Haechan tergelincir jatuh dengan pose yang sudah tak karuan.
"Eh poster nya gapapa chan?" tanya Mark dari luar pagar, melihat temannya jatuh barusan.
"Anjing pantat gue." jawab Haechan sambil meringis mengusapi pantatnya.
Tiba- tiba.
"Ekhem!" deheman halus dari lelaki berdasi rapih dengan kacamata hitamnya,
Haechan menoleh ke atas, melihat sesosok pengganggu itu.
"Anjing, Renjun lur." kata Haechan menoleh ke Mark yang masih aman di luar sekolahnya.
"Lo gak tau ini udah jam berapa!?" tanya Renjun melirik sinis ke arah Haechan.
"Gak tau, soalnya lo yang pake jam tangan." ucap Haechan setelah membangunkan duduknya, lalu menatap Renjun datar.
"Mark lo lewat depan aja. Abis itu ikut gue ke ruang kesiswaan." lanjut Renjun melirik Mark dan Haechan bersamaan.
"Dih, lo siapa nyuruh- nyuruh." kata Haechan kembali tengil.
"Jun, gue izin ya hari ini." ucap Mark menatap Renjun dari luar.
"Apaan?" kata Renjun membalasnya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Absenin nya jangan Alfa ya Jun. Plis, hari ini doang kok, tolongin gue plis." mohon Mark masih membujuk Renjun yang makin menatapnya kesal.
Haechan langsung ikut menatap Mark kesal. "Bangsat, loncat gak lo?!"
"Gak ah Chan, gue bolos aja ya ngurusin poster yang tadi lo injek." kata Mark cengengesan.
"Mark—" kata Renjun langsung di sela oleh Mark.
"Jun, plisss." mohon Mark lagi.
"Chan, lo ikut gue." kata Renjun lalu pergi meninggalkan Mark yang di luar sekolah dan berjalan menuju ruang kesiswaan.
"Ah bangsat, gak lagi- lagi gue di babu in sama lo njing." akhir Haechan sambil berjalan malas mengikuti Renjun.
Mark yang hanya cengengesan langsung beranjak pergi ke rumahnya, dan seperti biasa ia selalu santai ketika ada masalah telat seperti ini.
~~~
Satu setengah jam Haechan bolos pelajaran dan sedang menghormati bendera merah putih sampai jam istirahat pertama.
Dalam hatinya yang paling dalam, ia sedang menyumpah- serapahi Mark yang sedang leha- leha di rumah dengan PS 4 itu.
Tak lama kemudian.
Renjun sedang keluar menuju toilet lalu melihat Haechan yang masih bergaya hormat di tengah lapangan.
Ia berniat menghampiri bocah itu, tapi entah kenapa ia malas sekali bertemu bocah tengil seperti Haechan.
"Chan," panggil seseorang dari sampingnya.
"Eh? ada apa sahabat?"
"Ck, udah yang ke berapa kali nih hormatin bendera jalur privat?" tanya Jaemin sambil menaruh air mineral di samping kaki kiri Haechan.
"Lo iri Min? jadi nanya gitu ke gue." jawab Haechan masih dengan gaya Hormatnya.
"Najis." balas Jaemin ke kepala Haechan dengan jari telunjuknya.
"Ck, jangan maen pala dong. Nanti bisa geser otak gue buat ngalahin gula aren."
"Hah? Gula aren?" Respon Jaemin kaget sambil menatap Haechan.
"Renjun njing, jangan pura- pura bego lo." jawab Haechan mengingatkan Sahabatnya itu.
"Lah, mana gue tau lo manggil Renjun, Gula Aren njing."
"Ah bacot lo, dah sono balik ke kelas. Jangan ganggu sikap bela negara gue."
"Anjing, gak lagi- lagi gue turun ngasih aer." kata Jaemin, lalu pergi ke kelasnya.
Haechan yang melihat itu tersenyum gemas. Jaemin ini sangat mudah di ajak bercanda, walau kadang suka tidak nyambung selera humornya. Tapi tetap saja, kalau ada masalah di sekolah. Jaemin lah yang men-Backup masalah itu
Ketika sudah melihat Jaemin yang memasuki ke kelasnya, tiba- tiba pandangannya beralih ke ujung koridor dengan seseorang yang ia benci.
Si gula aren, Renjun.
Mood nya langsung turun ketika melihat Renjun yang dari kejauhan sudah melihatnya sinis.
Renjun pun begitu, ia sangat kesal dengan Haechan yang dari kelas Sepuluh tidak pernah merubah sikap tengilnya. Dari dulu, ia selalu telat, paling usil, paling nyebelin, dan selalu merepotkan anak osis. Alias Renjun.
Renjun memutuskan berjalan ke arah Haechan. Sembari melirik nya tadi yang habis berbicara dengan teman sebangkunya, Jaemin.
"Gak usah repot- repot ngasih aer. Gue udah punya." kata Haechan tanpa melirik Renjun sedikit pun.
"Gausah sok cuek, niat gue baik mau ngasih snack, mau gak?"
Haechan menoleh ke Renjun setelah mendengar kata snack. Lalu mengambil snack itu dari tangan Renjun. Tanpa pikir panjang, Haechan langsung merespon.
"Bangsat bungkusnya doang tai."
"Makanya, punya otak tuh di pake, jangan di pajang."
"Yakali, gue ngasih- ngasih ginian ke elo, pede banget." Sambung Renjun yang membuat Haechan makin berapi- api."Lo nantangin?" Saut Haechan dengan sinis kepada Renjun.
"Sorry, gue males punya urusan sama makhluk kayak lo."
"Alahhh ngeles ae lo kayak cewek, liat aja Ren. Nanti lo bakal punya urusan sama gue, ngejar- ngejar gue, ngasih ini itu ke gue."
Renjun mendekatkan bibirnya ke telinga Haechan, lalu berbisik "Ngarep." lalu menjauhkan bibirnya, dan pergi meninggalkan Haechan ke kelas.
"Bangsat lo, LIAt Aja NAnTi Lo BAKal PunyA UrUsan sAmA GuWe, Lo Bakal SuKa SAma GuWe, LiAt AjA!!" teriak Haechan ke Renjun yang acuh berjalan pergi meninggalkan Haechan.
—hi? gimana 🐻🦊—
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck || 🐻🦊
FanfictionLo tau nelen apa yang paling bangsat? Nelen ludah sendiri anjing -Haechan this is bxb if u don't like something like that, don't be shy to ignore it 🐻🦊