Four ; Kesal

7.1K 1K 87
                                    


Hari senin datang lagi, berulang- ulang seperti perkataan Renjun pada Haechan jumat lalu.

"Mark, hari ini gue gak masuk." Haechan, berbicara lewat smartphone nya, dengan alasan yang entah munculnya.

"Gue samper, buruan mandi." tutup Mark, bersikukuh mengajak Haechan sekolah.

Walaupun akan telat juga, mereka tetap mencoba hadir seperti siswa teladan.

Tak lama dari situ, Mark sudah memakirkan motornya di depan rumah Haechan. Namun, Haechan masih saja di kamar dengan pakaian tidurnya.

"Anjing, buruan ganti!" bentak Mark pada Haechan yang masih berbaring di kasurnya.

"Gue gak bilang setuju ya bangsat."

"Bodoamat, buruan ganti nih."

"Gak mau, bleeeeeblee." Haechan memeleti Mark yang sudah melempar baju putih abu- abu ke wajah Haechan.

"Gak mau?! Yaudah gue gantiin ya, buruan sini buka celana lo." kata Mark menindih Haechan dan mencoba menarik celana tidur Haechan.

"AKHHH ANJIRRR, JAN BUKA- BUKA BANGSAT!"

"GUE LAPORIN BAPAK GUE MATI LO! BAPAK TOLONGG! HAECHAN MAU DI UNBOXING PAKSA PAK!" teriak Haechan membuat riuh. Yang sepertinya tidak terdengar oleh Bapaknya, karena Bapaknya telah berangkat kerja dari satu jam yang lalu.

"Whahaha, gede juga ya, Chan." kata Mark berhenti, setelah sedikit melihat punya Haechan.

"Bangsat, babik, anjing, monyet."

"Subhanallah, sayang gak boleh gitu ngomongnya." Mark menampilkan muka manisnya seolah Haechan adalah pacarnya.

"Akhhh tai! Keluar lo!" usir Haechan mendorong.

Mark dari luar mengertawai kejadian tadi, entah mengapa ia cukup senang bisa mendekati Haechan dan menjahilinya. Semoga saja, Haechan tetap menjadi miliknya. Semoga,

"Ayo sat, cabut." ajak Haechan, siap dengan penampilan seragamnya.

"Hmm, ayo." Mark mengacak rambut Haechan gemas.

~~~

Sudah pasti telat, dan kembali ke sikap bela negara pribadi untuk Haechan yang malang. Renjun yang dari jauh memerhantikan Haechan, sedikit kasian. Tapi memang sudah langganan dari dulu, jadi ya mau gimana lagi.

"Aneh ya, sekarang Mark jadi ikut telat mulu kayak Haechan." ujar Jaemin pada Jeno di sebelahnya.

"Namanya juga bucin, dua tiga telat dijabanin." balas Jeno yang tengah meminum indo milk coklatnya.

"Cih, bucin." tanpa sadar Renjun berdecih yang membuat NoMin menoleh kompak padanya.

"Ngapa?" Renjun menanyakan langsung sambil mengangkat dagunya.

"Gak Jun, gue mau mastiin aja lo gak cemburu liat Haechan sama Mark bersanding bareng gitu di lapangan." kata Jaemin tersenyum jahil.

"Idih."

"Sabar ya Jun, Haechan emang fakboi, tapi kalo sama uke kayak lo. Gue yakin dia serius mau jadi seme good boi." ujar Jeno menepuk- nepuk bahu Renjun.

"ANJIR JANGAN NGAWUR LO, GUE MASIH NORMAL YA SAT."

"Biarin aja Jen biarin, belom pernah di kejar Haechan soalanya." kata Jaemin, menjahili Renjun yang sudah panik dengan perkataan itu.

"Liat aja liat, bulan depan nanti juga jadian." tambah Jeno, menambah beban pikiran Renjun.

Stuck || 🐻🦊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang