Plak
Bugh
Bugh
"AMPUN!! TEN UDAH!! MAAFIN SAYA!! AKHH!!" Taeyong mengerang kesakitan saat pukulan melayang mengenai pipi, pundak dan dadanya. Bahkan Ten sampai ingin mencekik leher Taeyong.
"HEH, SEMENA-MENA LU! WALAUPUN GUE UKE, GUE MASIH BISA MIKIN LU SEKARAT SEKARANG JUGA ANJENG!" Napas Ten tidak beraturan, ia mencari ponsel dan menelepon kekasihnya.
Tuut
"Halo sayang, jemput aku yah di apartemen xx nanti aku ke lobby. Pokoknya ntar aku ceritain semuanya. Hati-hati ya sayangku, muuaahh." Ten terkikik, ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Tapi tidak bisa.
"Hoi kutil badak, bukain pintunya!" Ten menatap malas Taeyong.
"Setelah kamu pukulin saya, kamu pergi gitu aja? Nggak ada sopan-sopan nya kamu." Taeyong berucap dengan nada datarnya.
"Loh kan elo yang duluan nggak sopan sama gue, main cium aja. Hellow! Lo sama gue tuh nggak ada hubungan apapun, jadi jangan seenaknya cium gue. Sekarang, cepet bukain pintunya atau gue pukul lo lagi."
"Males, mending saya tidur." Taeyong berbalik menuju kamarnya.
"Om! Bukain dulu pintunya!" Teriakan Ten membuat Taeyong berhenti berjalan, ia lalu menoleh kan kepalanya, "Cepet!!!"
Menghela napas, ia lalu berbalik menuju Ten, dan membungkuk agar dapat mensejajarkan wajahnya dengan lelaki manis itu.
"Cium saya dua kali, baru nanti saya bukain pintunya. Gimana?"
Ten menatapnya tajam, lalu mencebikkan bibirnya, "Uh, nggak mau. Lo tadi udah cium gue. Masa mau cium lagi? Ayolah om, bukain pintunya. Ntar pacar gue keburu sampe sini." Ten menggoyangkan lengan Taeyong.
"Cium saya dulu."
Ten memutar bola mata malas, dengan kecepatan kilat ia mengecup bibir Taeyong dua kali. Lelaki tampan itu tersenyum lebar, "Nah gitu dong. Bentar ya saya mau ambil jaket dulu."
"Heh mau ngapain ambil jaket?!"
"Mau nemenin kamu kebawah lah."
"KAGAK USAH, CEPETAN BUKAIN PINTUNYA!" Ten mencak-mencak, sementara Taeyong hanya menghela napas pendek lalu menuruti keinginan calon istrinya.
"Hati-hati ya." Ucapnya.
"Bacot lo, om." Ten melengos pergi menuju lift.
"Huh, susah banget naklukin maung pms." Ia masuk ke dalam apartemennya kembali.
.
.
."Kamu ngapain disini, sayang?" Jaehyun memilin rambut Ten dari samping. Mereka berada di mobil milik Jaehyun. Walaupun berandalan tapi ia kaya! Makanya Ten mau jadi pacar Jaehyun.
"Sebenernya, aku di jodohin sama mama papa." Ucapnya takut. Jaehyun kalo marah, serem.
"Trus? Kamu iyain?"
"A-aku belum jawab, tapi c-calon—— ah yang dijodohin sama aku bilang, kalau pernikahannya di percepat jadi t-tiga hari lagi." Suaranya mencicit di akhir kalimat.
"Are you seriously?! Kamu harus nolak Ten! Aku nggak mau tau, kamu harus batalin perjodohan kamu hari ini! Aku anter kerumah kamu!" Jaehyun berteriak, membuat lelaki manis di sampingnya tersentak.
"K-kamu bentak aku?" Matanya berkaca-kaca.
"Ya terus kenapa? Kamu harusnya ngerti dong di posisi aku! Cengeng banget sih. Dikit-dikit nangis. Inget kamu tuh masih laki-laki!"
Ten menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa di depannya adalah Jung Jaehyun yang ia kenal selama ini.
Ia memutuskan untuk keluar dari mobil Jaehyun dan berlari ke halte, menangis di sana sembari menunggu bus tujuan rumahnya. Jaehyun bahkan tidak mengejarnya. Sad :(
Tiba-tiba, seseorang mengulurkan sapu tangan di depannya. Itu—— Lee Taeyong.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Jodohin || TaeTen✔
Fanfiction"Saya ini suami kamu, harusnya kamu menghargai!" "Gue nggak sudi punya suami kayak lo!" [short story]