"Terimakasih sudah membuatku tersenyum walaupun belum sepenuhnya luka ku ini sembuh. Karena mu aku jadi semangat lagi"
____________________________________________Orang tua Ning Marissa sudah pulang dan Ning Marissa memutuskan tinggal disini sebelum pergi ke Mesir untuk melanjutkan study nya.
Ning Marissa memilih tidur di asrama sekamar dengan Siska dan Chayra. Karena kamar yang lain penuh tinggal kamar Siska dan Chayra saja. Teman sekamar Siska dan Chayra sudah lulus semua dan memilih menikah.
Perasaan canggung menyelimuti mereka saat ini.
"Oh ya, Chayra kamu santriwati baru disini?" tanya Ning Marissa sekedar basa-basi untuk memecah kecanggungan diantara mereka.
"Na'am Ning," jawab Chayra sedikit tegang.
Ning Marissa terkekeh pelan. "Gao usah tegang gitu, biasa aja."
Chayra hanya tersenyum mendengar penuturan Ning Marissa.
"Kalau Siska?" tanya Ning Marissa.
"Kan Ning sudah tau." ujar Siska.
"Astagfirullah, maaf-maaf saya lupa," kata Ning Marissa.
Hening!
Itulah keadaan kamar mereka sekarang.
"Chayra!" panggil Ning Marissa.
"Iya Ning,"
"Kamu udah ngelilingi pondok ini?"
"Belum Ning."
"Soalnya pondok ini besar Ning,"
"Mau ngelilingi pondok ini gak sambil jalan-jalan?"
"Kalau boleh...!"
Ning Marissa tersenyum. "Boleh, sama Siska juga."
"Laa Ning, ana disini aja." tolak Siska.
(Laa= Tidak)
"Semua harus ikut," tukas Ning Marissa.
"Kalau ngomong sama aku pakek aku-kamu aja biar kita tambah akrab," ujar Ning Marissa.
"Na'am Ning,"
"Yuk mumpung masih jam segini." ajak Ning Marissa.
"Ning saja duluan,"
Salah satu sikap Ning Marissa adalah ramah, Ning Marissa mudah sekali akrab pada orang yang baru ditemuinya. Lemah lembut itulah sikap yang paling disukai santriwati disini selain ramah.
Para santriwan hanya sekali bertemu Ning Marissa, karena Ning Marissa jarang kesini. Kemungkinan ini adalah hari terakhir kunjugannya. Karena sebentar lagi Ning Marissa akan mengikuti ujian kelulusan.
"Masyaallah...." gumam Chayra karena merasa takjub dengan bangunan-bangunan megah yang berdiri kokoh disana. Salah satunya Masjid. Memang Chayra pernah kesini tapi saat malam jadi tidak begitu jelas. Dan pada saat siang begini Masjid nya terlihat sangat bagus.
Chayra dulu juga pernah ke Pesantren tapi hanya di depan gerbang nya saja. Ia berpikir bahwa Pesantren itu seperti Penjara tapi setelah ia masuk kesini ternyata tidak. Mungkin bagi Santri disini yang masih baru. Mereka tidak akan betah tetapi kalau sudah terbiasa, mereka pasti akan nyaman.
"Wahai Bidadari ku~"
"Kamu sungguh cantik sekali bagai Bidadari Surga~"
"Hm, Fuck boy dateng nih." celetuk Ning Marissa.
"Tapi ganteng kan!" ucap Gus Hanafi dengan PD nya.
"Kebiasaan," cibir Gus Hanif yang berada dibelakang Gus Hanafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Pesantren
Teen FictionCover by: nandania10 *** Gimana perasaan kalian jika kalian dipaksa masuk pesantren sama orang tua kalian dan kalian tidak mau. Pasti kesal bukan. Ya itulah yang dirasakan oleh gadis cantik berhijab biru itu. Chayra Rahmah Fatimah nama yang sang...