09. Bertemu Bunda

180 44 23
                                    

Setelah puas berkeliling, Arkasa memutuskan untuk mengajak Lia ke suatu tempat terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah puas berkeliling, Arkasa memutuskan untuk mengajak Lia ke suatu tempat terlebih dahulu.

Meskipun matahari sudah menenggelamkan dirinya dan digantikan oleh terangnya rembulan dan dihiasi bintang yang bersinar, nyatanya tidak menghilangkan ke-antusiasan Lia.

Setelah perjalanan kurang lebih seperempat jam. Akhirnya, mereka telah sampai di sebuah taman yang terletak di jantung kota Jakarta.

“Kesana dulu aja, gue mau ke minimarket dulu. Lo mau apa?” tanya Arkasa saat mereka baru saja membuka helm.

“Mau susu kotak yang full cream ya, udah itu aja.”

Arkasa mengangguk, lalu berlari menuju minimarket yang persis berada di depan taman.

Kemudian, Lia berjalan memasuki taman tersebut. Di tengah, terdapat satu pasang ayunan. Dan Lia pun langsung mendudukinya dengan antusias.

Tak lama, Arkasa menyodorkan satu susu kotak pesanan Lia.

Thank you,” ujar Lia, ternyata Arkasa sudah membukakan sedotannya dari plastik dan menusuknya.

Arkasa hanya mengangguk, lelaki itu ikut duduk di ayunan sebelah Lia. Ia sibuk membuka satu kaleng kopi instan.

Lia yang melihat itu hanya berdecak kesal. “Udah berapa kali minum kopi hari ini?”

“Berapa ya?” tanya Arkasa sambil menghitung dengan jarinya, “Satu, dua, tiga, em—eh enggak kebanyakan. Tiga! Tiga doang kok,”

“Lo tahu nggak bahayanya sering minum kopi? Terlalu banyak asupan kafein itu nggak baik.”

“Cie khawatir.”

Lia me-rolling eyes, “Gue tuh cuma bilangin lo, sebagai temen harus saling mengingatkan.”

“Hehehehe, sengaja kok. Biar nanti gue nggak bisa tidur. Soalnya nanti gue mau begadang buat belajar, besok ada ulangan.”

Lia langsung menoleh kaget, “Besok lo ada ulangan, belum belajar dan lebih milih buat temenin gue? Sa, sumpah gue minta maaf, nggak seharusnya lo nemenin gue sampe kayak gini. Harusnya sore kita langsung pulang aja, biar lo bisa belajar.”

“Apa sih, santai aja kali. Kan gue yang ajak lo. Lagian nih ya, gue liat lo masih belum puas gitu. Jadi gue ajak lagi, gue seneng kok bisa temenin lo.” Sahut Arkasa sambil tertawa.

Lia hanya tersenyum tipis, kemudian menyedot susu kotaknya sambil menunduk.

Kemudian, Arkasa kembali menatap gadis itu. Tersirat rasa penasaran sekaligus ragu pada wajahnya saat menatap gadis Lazuardi itu.

“Lia, gue boleh tanya?”

Sure,”

“Lo...serius nggak pernah keliling Jakarta sama sekali? Selama hidup lo? Bahkan...tadi itu first time lo ke Kota Tua?”

𝐌𝐚𝐚𝐟𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 #𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐫𝐌𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang