02. Annoying?

265 64 13
                                    

“

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telat ya? Kayaknya anak baru. Baru pertama sekolah kok udah telat?”
Lia menoleh kebelakang, mendapati sosok lelaki tinggi yang juga berseragam sama dengannya. Bedanya ia tidak pakai dasi dan kemejanya juga dikeluarkan dari celana. Lia juga bisa lihat lelaki itu tidak bawa tas seperti kebanyakan anak sekolah pada umumnya.

Kemudian, Lia menoleh ke sekelilingnya dulu. Siapa tahu ada orang lain selain dirinya disana dan lelaki itu bicara dengan orang lain bukan?

“Gue?” Lia menunjuk dirinya sendiri ketika mendapati hanya ada dirinya disana.

Lelaki itu mengangguk lucu. “Iyalah, ngomong ke siapa lagi coba. Ke pohon? Tembok? Tanah? Apa gerbang?”

Apasih annoying banget.

Lia mendengus kesal, lalu kembali membalikkan badannya. Mendiami lelaki yang kini menunggu jawabannya.

“Kok gue tanya nggak dijawab? Benar ya lo telat?”

“Menurut lo aja gimana? Gue murid yang berdiri sendirian disini, nggak masuk karena gerbangnya udah dikunci.”

“Anak baru loh. Baru kali ini gue lihat ada anak baru telat, even pas hari pertama sekolah.” Ujarnya sambil tertawa.

“Yaudah sih ’kan gue juga nggak mau. Lagian ngaca dong, lo sendiri aja telat ’kan? Udah bajunya nggak rapih lagi.”

Lelaki itu hanya tersenyum kemudian berujar. “Mau lewat jalan rahasia nggak?”

“Jalan rahasia apa lagi coba? Lo pikir Doraemon.”

Kemudian lelaki itu menyentil dahi Lia. “Itu pintu kemana saja!”

“Oh iya ya. Sorry hehe udah lama nggak nonton Doraemon kalau Minggu pagi.”

“Jadi gimana? Mau lewat jalan rahasia nggak?”

Lia mengigit bibir bawahnya tampak berpikir. “Kalau gue ikut lo lewat jalan rahasia bakal ketahuan nggak? Kalau gue ini telat.”

“Selama setahun ini gue nggak pernah ketahuan sih. Nggak ada yang tahu kecuali gue sama temen lo sekarang lo yang tahu.”

“Mm gimana ya...”

“Gue sih nggak maksa, terserah kalau lo mau ketauan guru konseling karena telat. Apalagi ini hari pertama lo sekolah bisa-bisa lo dihukum pas upacara.”

“Yaudah deh gue ikut! Tapi lo bisa jamin nggak ketahuan, ’kan?”

Lelaki itu tersenyum tidak menjawab pertanyaan Lia. “Ikut gue.” Ujarnya sambil pergi menuju belakang sekolah. Lia pun mau tidak mau mengikutinya.

“Eh ini mau kemana? Lo nggak bakal ngajak gue bolos ’kan? Gue nggak mau ya kalau—”

“Berisik. Siapa juga yang mau ajak lo bolos. Gue aja mau sekolah.”

“Oh sorry. Kayaknya gue salah sangka sama lo. Gue kira lo anak berandal yang suka ngebolos gitu—aw.” Ucapan Lia terhenti begitu ia menabrak punggung sang lelaki yang tiba-tiba berhenti.

“Sejelek itu apa gue dimata lo. Biar gini-gini juga gue masih mau sekolah. Kasihan orangtua gue kerja keras buat biayain gue sekolah.”

Lia terdiam ketika nada bicara lelaki itu mulai serius.

“Nih, mau masuk nggak?”

“Hah apa?”

“Udah sampai.”

“Serius?” tanya Lia sambil menengok ke sekitar. Hanya ada tembok sekitar dua meter setengah dan tangga yang menjulang disisinya.

“Iya. Cepat masuk keburu bel.”

“Ini gue naik ke tangga gitu? Manjat ke temboknya?”

“Ya menurut lo gimana?”

“Gue kira jalan rahasianya dibawah tanah gitu, semacem ada bunker yang tembusnya langsung ke kelas.”

“Ekspetasi lo berlebihan. Makannya nggak usah kebanyakan nonton resident evil deh.”

Lia hanya mencibir. “Terus ini gue harus naik?”

“Yaudah manjat aja.”

“Tapi kan gue pake rok loh.”

“Gue nggak bakal ngintip.”

“Tapi nanti kalau diatas temboknya—”

“Demi Tuhan jangan ngomong terus. Nanti keburu bel, kalau lo ketahuan nanti gue juga kena.” Ucap lelaki itu memelas.

Lia hanya diam lalu menatap tangga tersebut dengan ragu sebelum akhirnya ia mulai menaiki tangga itu dengan hati-hati.

“Jangan ngintip lo ya! Awas!” tukas Lia yang masih fokus menaiki tangga.

Sampai akhirnya ia telah sampai di atas tembok. Lalu ia menengok kebawah terdapat kursi tinggi guna membantu Lia turun.

Akhirnya ia turun ke kursi tersebut dengan hati-hati, takut jika ada yang memergokinya.

“Akhirnya selesai juga.” Ujar gadis itu dengan lega. “Woy, gue udah sampai dibawah nih, mau gue tungguin nggak?” Lia berteriak namun belum mendapatkan jawaban.

Akhirnya Lia pun berinisiatif menaiki kursi tinggi itu lagi, kemudian ia menengok dari tembok. Ia berjinjit sehingga pandangannya bisa melihat dibalik tembok.

“Loh kok nggak ada?!”

Lia begitu terheran ketika lelaki tadi menghilang dan tidak ada ditempat. Padahal ia belum menaiki tangga dan turun.

Tapi setidaknya ia sempat melihat nametag Arkasa.

Arkasa Bimantara, oke. Gue bakal ngucapin terimakasih ke elo secara langsung, soon.

━━

𝐌𝐚𝐚𝐟𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 #𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐫𝐌𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang