Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“ARKASA BIMANTARA! YA TUHAN...”
Seorang gadis berambut hitam pekat menggeleng tidak percaya, ia mengenakan kemeja blouse berwarna lilac dengan rok midi berwarna plum.
Menatap kondisi ruangan kost yang ditempati Arkasa dengan tidak percaya. Begitu berantakan. Bekas kotak pizza dan kaleng soda berserakan dilantai. Sampah bekas makanan berserakan. Bahkan kaus kaki pun berserakan.
Ia berdecak kesal saat Arkasa masih terlelap tidur diatas ranjangnya.
“Bangun! Heh! Udah jam sebelas! Kamu tidur apa latihan mati sih?!”
Arkasa melenguh pelan, ia malah menutupi wajahnya dengan bantal dan lanjut tertidur.
“ARKASA!”
“Ck, apa sih?!” sahut Arkasa dengan kesal, namun matanya tetap terpejam.
“Aku udah sering bilang, jangan sering makan junk food sama soda begini! Kamu dikasih izin nge-kost sama orangtua bukan berarti bisa bebas ya!” gadis itu memungut kotak pizza dan beberapa kaleng soda yang berserakan.
Namun perhatiannya teralihkan pada beberapa kertas bertumpuk diatas karpet. Tentu, itu adalah skripsi. Hasil kerja keras Arkasa selama beberapa semester, namun bisa ia lihat terdapat coretan tinta merah berbentuk silang besar, dan tulisan besar di bawahnya bertuliskan 'sampah'.
Athaya, Kakak perempuan Arkasa langsung meletakkan sampah kotak pizza dan kaleng soda di atas meja. Ia memilih mengambil skripsi milik Arkasa lalu menunjukkannya pada sang pemilik.
“Nih! Lihat!” ia memukul punggung Adiknya dengan kertas itu.
“Apa sih?”
“Gimana mau lulus kalau skripsi aja jarang dikerjain!”
“Buat apa kerjain skripsi kalau ditolak terus.”
“Ya dosbim nggak akan tolak skripsi kamu kalau udah benar. Lihat aja, acak-acakan gini. Gimana nggak disuruh revisi terus coba?”
Arkasa mendengus kesal. “Kenapa sih, mau lulus kuliah aja harus selesain skripsi dulu? Pencipta skripsi tuh siapa sih? Mau ngomong sama dia baik-baik.”
Hal itu membuat Athaya semakin gemas, ia malah menempeleng kepala Adiknya.
“NGACO! Cepat bangun, terus kerjain nih skripsi! Biar cepat lulus, biar nggak jadi beban orangtua lagi.”
“Tujuan Kakak kesini tuh apa sih?”
“Tadi pagi tuh Bunda nelponin kamu berkali-kali, tapi nggak dijawab. Makannya dia nyuruh aku buat samperin ke sini, coba kalau aku nggak datang, kamu nggak bakal bangun sampai besok. Mungkin orang udah nyangka kamu mati kali.”
Arkasa meraih ponselnya, dan benar. Ada dua puluh panggilan tak terjawab, lalu sebelas pesan belum terbaca dari Bunda.