Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRAK!
Lia menutup pintu mobil dengan menggebrak-nya, bahkan ketika bodyguard-nya baru ingin membukakan pintu. Hal itu langsung membuat Dharis terheran, pasalnya sejak di bandara tadi ada yang salah dari Putri tunggalnya itu.
Kemudian, Lia berjalan dengan cepat menuju kamarnya. Mengabaikan Sofia yang menyambutnya di ruang tamu, setelah memasuki kamarnya ia langsung mengambil sebuah kotak tepat di kolong meja belajarnya, di mana berisi beberapa bungkus biskuit Regal yang selalu Arkasa berikan setiap hari.
Dengan kesal, ia menumpahkan semua isinya ke tempat sampah. Ia benar-benar kecewa pada lelaki itu.
━━
Lia meringis ketika membuka matanya, matanya begitu berat.
Semalam, ia nangis habis-habisan dan baru tidur pada pukul 3 pagi. Ia benar-benar hancur. Keadaan telah menghancurkannya dalam waktu yang berdekatan.
Ia bercermin, melihat betapa kacaunya penampilan Lia sekarang.
Dan matanya, lebih bengkak ketika ia menangis karena Mark.
Tetapi, kenapa Lia malah merasa lebih hancur dan kecewa ketika melihat Arkasa berpelukan dengan gadis asing di bandara tadi...daripada Mark memutuskannya dan berselingkuh dengan Nancy?
Entahlah, memikirkan perasaannya pun membuat Lia pusing.
Tidak mau terlalu larut dalam kesedihan, akhirnya Lia pun memilih untuk berjalan-jalan ke Acolinatte mall, milik Sofia. Sekaligus membeli beberapa eye mask untuk menghilangkan bengkak pada matanya—agar kedua orangtuanya tidak curiga.
Setelah mandi dan bersiap-siap, Lia berjalan setelah memasuki mall mewah itu. Menggunakan kacamata hitam untuk menutupi mata bengkaknya.
Beberapa pasang mata langsung tertuju pada Lia, dengan di kawal beberapa bodyguard. Ia langsung memasuki salah satu outlet Guardian yang berada di lantai tiga.
Gadis itu pun langsung menuju tempat eye mask di jajakan. Namun, saat ia baru melihat-melihat. Ia malah menangkap Arkasa—lelaki yang baru saja membuatnya kecewa malam tadi, tengah tertawa-tawa sambil memilih beberapa produk serum bersama seorang gadis.
Oh, ternyata gadis yang berpelukan dengannya di bandara semalam.
Lia tertawa dalam hati, ia memilih mengabaikannya. Membenarkan posisi kacamata hitamnya guna Arkasa tidak mengenalinya.
Tapi sepertinya, percuma, hanya selang 2 menit ia merasakan ada yang mengetuk bahunya dengan pelan.
“Eh Lia? Bener Lia kan?”
Lia hanya tersenyum tipis sambil mengangguk begitu Arkasa dan sosok gadis itu menghampirinya.