Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
6 tahun kemudian.
Lelaki tinggi itu berjalan masuk ke kafetaria yang letaknya berada di kawasan Neighborhood nine, ia langsung mencari sosok gadis yang selalu mewarnai harinya beberapa tahun belakangan ini.
Gadis asal Indonesia yang begitu menarik perhatiannya sejak 5 tahun belakangan, gadis penuh kejutan, gadis yang penuh keistimewaan.
Lelaki itu, Samuel langsung tersenyum begitu mendapati Lia tengah duduk di kursi menghadap jendela, wajahnya tertutup oleh rambut hitamnya karena sedang menunduk membaca novel.
Terbesit ide dalam pikiran Samuel, ia berjalan dengan mengendap-endap secara perlahan. Dibelakang gadis itu. Tak lama, ia mengambil ancang-ancang menyentuh bahu Lia dengan cukup kencang.
“BOO!”
Lia tidak terkejut sama sekali, ia malah menghela nafasnya. Lalu menatap Samuel dengan lelah.
“Yah, kok nggak kaget sih.” Ujar Samuel dengan sedikit kecewa, ia duduk di stool sebelah Lia.
“Berapa kali gue bilang, jangan ngagetin gue kayak gitu..."”
Samuel mengerutkan keningnya dengan heran. “Kenapa sih? Apa karena cowok yang namanya Arkasa itu suka ngagetin lo kayak begitu?”
Lia tidak menjawab, ia menatap Samuel dengan kesal. Lalu kembali beralih pada novelnya.
“Mau sampai kapan sih lo kayak begini terus? Berarti, sia-sia dong segala percobaan lo buat move on setahunan ini? Atau enam tahun?”
Lia sempat terdiam, mencerna ucapan Samuel. Akhirnya, ia pun kembali untuk fokus membaca novelnya.
Semua yang dikatakan Samuel memang benar, mungkin segala percobaannya untuk melupakan Arkasa akan sia-sia. Tapi, ia akan terus berusaha 'kan?
Ia sudah lulus satu tahun yang lalu, sebenarnya ia bisa saja untuk kembali ke Indonesia. Namun ia mengurungkan niatnya, dan memilih untuk tinggal di sini selama satu tahun lagi.
Tentu, hal itu karena ia belum siap untuk kembali ke Jakarta. Kembali menemukan semua kenangan yang entah ia sebut apa.
Ia meminta izin kepada orangtuanya, dan orangtuanya pun menyetujui. Karena, kesepakatan jika Lia menuruti permintaan Dharis untuk bersekolah ke Harvard adalah ia akan diberi kebebasan yang selalu Lia dambakan.
Selama setahun itu, ia mencoba mencari kegiatan yang dapat melupakan Arkasa. Bahkan sejak pertama kali ia datang ke Cambridge, ia pun sudah berusaha. Mencari hobi baru mulai dari lettering, melukis, bahkan menggeluti dunia fotografi.
Dan mengenai Samuel, lelaki itu sama seperti Nancy. Berdarah campuran, Ayahnya berasal dari Colorado sedangkan Ibunya asli Semarang.
Mereka bertemu ketika status mereka masih jadi mahasiswa baru di Harvard, awalnya Samuel merasa tidak asing karena tipikal wajah Lia seperti orang Asia. Setelah berkenalan, ternyata mereka sama-sama berasal dari Indonesia. Dan itu yang membuat mereka semakin dekat.