06. 911

192 48 20
                                    

“Let’s broke up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Let’s broke up.”

Tiga kata yang lolos dari mulut Mark di seberang sana, juga tiga kata yang mampu buat hati Lia mencelos.

Gadis itu belum menjawab, ia terdiam, meskipun begitu, tangannya bergetar hebat.

“Kak—Kakak kan bilang kalau Kakak capek—”

Please, aku capek sama hubungan ini! Mau sampai kapan kita terus kayak gini?”

“Kak, maaf...maafin aku kalau Kakak nggak kuat LDR, aku tahu keputusan aku buat minta sekolah disini itu salah, tapi tolong jangan putus...” ujar Lia sambil berlinang air mata.

So, apalagi yang mau di pertahanin? Bukan masalah LDR, tapi aku capek sama hubungan kita yang kelewat toxic ini.”

Hal itu langsung membuat Lia kaget.

Toxic kata Kakak? Coba jelasin dimana letak ke-toxic-an hubungan kita?”

“Pertama, aku capek karena orangtua kamu.”

Lia semakin terkejut, kenapa orangtuanya diseret dalam hal ini? Ia sedikit tidak terima.

“Kenapa? Apa salah Papa sama Mama aku—”

“Mereka bukannya salah, tapi celaan mereka ke aku setahun yang lalu! Kamu ingat? Waktu aku diajak ketemu orangtua kamu dinner? Apa atensi kedua orangtua kamu nggak bisa kamu lihat jelas? Mereka suruh kita putus, dan setelah itu, kita harus pacaran diam-diam. Bahkan waktu di sekolah pun, terkadang kita jadi orang yang nggak saling kenal karena banyaknya koneksi orangtua kamu buat ngawasin kamu! Terlebih kalau ada bodyguard kiriman Papa kamu. Bahkan selama berpacaran kita nggak pernah kencan, iya kan?”

“...but Li, please, aku harap kamu ngerti perasaan aku. Aku pengen kayak orang lain, ngerasain kencan, berpacaran nggak harus dikekang gini. Maaf, aku nggak peduli kamu terima atau nggak. Kita tetap putus.”

━━

“Bro, gue titip bentar. Mau ambil minum di loker.” Ujar Arkasa pada Theo yang dibalas acungan jempol dari lelaki itu.

Setelah itu, Arkasa berjalan di sepanjang koridor menuju loker dimana tasnya di letakkan. Tapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara tangisan ketika ia melewati toilet Putri lantai dasar.

Arkasa menoleh pelan, kemudian mendekati perlahan. Memastikan bahwa telinganya tidak salah.

Ternyata benar, suara tangisan itu makin jelas. Arkasa merinding seketika.

“Tapi lo tahu nggak bro, sekolah tetangga tuh lumayan angker. Gara-gara angkatan 2011 ada yang bunuh diri di bilik toilet gara-gara stress karena ujian. Nah abis itu, bilik toilet pojok dimana tempat itu murid bunuh diri ditutup dan nggak boleh digunain lagi. Katanya sih, suka denger suara flush toilet, atau suka nangis gitu.”

𝐌𝐚𝐚𝐟𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 #𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐫𝐌𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang