Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“WAH BANGSAT, nggak bisa dibiarin tuh kuyang. Emang nggak tahu diri banget.” Ujar Ryuzna dengan julid.
“Serius sih, gue juga kesel banget sama itu orang. Pas awal masuk tuh—kalem banget gila. Tapi gue nggak nyangka dia ngadu domba lo? Like...wtf.” Ujar Inara.
Lia hanya tersenyum tipis, ketika istirahat—lebih tepatnya ketika di kantin, Lia memilih untuk menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu. Dimulai dari Tiara yang menyuruhnya untuk menjauhi Arkasa sampai kejadian semalam di mana mereka bertiga beradu argumen serius dan berakhir aksi kejar-kejaran antara Tiara dan Arkasa.
“Padahal gue dukung banget...lo sama Arkasa...” lirih Ryuzna dengan pelan.
“...tapi ah, anjing. Kenapa itu kuyang harus dateng sih? Apalagi jadi anak baru di sekolah kita.”
Inara hanya tertawa melihat kelakuan Ryuzna, diantara mereka—Ryuzna lah yang paling membenci Tiara.
Tiba-tiba ekspresi Lia berubah ketika ia teringat sesuatu.
“Anyway, guys...”
Inara dan Ryuzna kompak menoleh.
“Ada kemungkinan...gue bakal pindah ke Cambridge.”
“Cambridge? US bukan sih? Yang apa tuh yang Masacucets? Eh apa tuh.”
“Massachusetts Ryuznaku.” Ujar Inara mengoreksi perkataan Ryuzna.
“Nah iya! Eh, kenapa deh lo pindah ke sana? Padahal kan lo baru aja pindah dari Vancouver kan?” tanya Ryuzna yang diselingi anggukan dari Inara.
“Bokap gue...tahu soal hubungan sama Arkasa—dan dia berspekulasi kalau kita tuh...pacaran,”
“Loh, kok Bokap lo bisa tahu?” tanya Inara dengan kaget.
“Ra, koneksi dia banyak...bahkan Bokap gue bilang gue baru diizinin pacaran kalau gue udah selesain studi gue. Termasuk harus kuliah di Harvard paling enggak 4 tahun.”
“Eh, berarti sama kayak Theo dong?”
“Theo juga di Harvard?” tanya Lia yang dibalas anggukan oleh Inara.
“Tapi ya, Lia, menurut gue secara nggak langsung Bokap lo juga udah ngasih lampu hijau buat lo pacaran. Ya walaupun harus selesain studi dulu, tapi apa salahnya? Daripada sama Mark kemarin loh.” Ujar Ryuzna.
“Nah bener tuh, 4 tahun nggak lama kok. Lo juga serius kan sama Arkasa?”
Lia tertawa ringan, “Tapi kan gue belum tahu perasaan Arkasa ke gue.” Ujarnya yang membuat Ryuzna dan Inara saling tatap.