11. Hancur

188 44 25
                                    

Naya dan Ryuzna berlari di sepanjang koridor sekolah dengan cukup panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya dan Ryuzna berlari di sepanjang koridor sekolah dengan cukup panik. Tujuan mereka hanya satu, yaitu mencari Arkasa.

Tak jarang mereka menanyakan keberadaan lelaki itu pada orang-orang di sekeliling.

Sampai akhirnya, mereka menemukan lelaki tinggi itu tengah duduk bersama teman-temannya di pinggir lapangan sambil bernyanyi bersama dengan satu temannya yang memainkan gitar.

“Ssssttt! Arkasa!” panggil Naya dari belakang.

“Arkasa! Woy!” panggil Naya sekali lagi, tetapi, Arkasa tidak mendengar dan malah sibuk bernyanyi.

Merasa kesal, akhirnya Ryuzna menjambak rambut Arkasa dari belakang. “Woy budek!”

“Aaaa anjir! Apaan sih woy?” ujar Arkasa sambil mengusap-usap kepala bagian belakangnya.

“Lia!” seru Naya.

Alis Arkasa tertaut, “Lia? Lia ken—”

“Duh, lo liat aja deh di kelas. Cepetan!” sahut Ryuzna.

Sontak, Arkasa langsung panik dan berlari mengeluarkan jurus seribu bayangan ke kelas Lia. Hal itu membuat beberapa teman sekelasnya terlihat heran.

“Wah, demen sama si anak baru itu ye tuh anak?”

“Hehehehehe, halo ayang Ryuzna.” Ujar salah satu teman sekelas Arkasa sambil mengedipkan matanya ke arah Ryuzna.

“Apa lo tonggos?! Gue cabut gigi lo pake tang nih lama-lama.”

━━

Arkasa mendapati Lia tengah sendirian di kelas, mungkin karena ini waktu istirahat dan teman-teman yang lainnya sedang ke kantin. Bahkan, Inara dan Theo pun baru pulang dari Bandung sore nanti.

Arkasa langsung merasa ada yang tidak beres ketika mendapati gadis Lazuardi itu dalam posisi melipat kedua tangannya di atas meja, lalu wajahnya ia sembunyikan di sela-sela kedua tangannya.

Lelaki itu menghampiri Lia, kemudian berusaha menangkup kedua pipi Lia agar menatapnya.

Dan tak disangka, mata Lia benar-benar merah dan membengkak, tak hanya matanya, hidungnya pun merah. Tatapannya begitu sendu kala matanya bertemu dengan mata Arkasa.

“Ikut gue.”

Dengan cepat, Arkasa menarik tangan Lia menuju keluar. Lia hanya pasrah tangannya ditarik oleh Arkasa, bahkan saat di sepanjang koridor. Tatapan teman-temannya langsung memperhatikan mereka berdua.

Lia hanya meringis kecil sambil menunduk, menghindari tatapan-tatapan yang membuatnya risih. Terlebih tatapan yang mendiskriminasi, tatapan tidak suka. Dan orang yang membicarakan mereka.

𝐌𝐚𝐚𝐟𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 #𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐫𝐌𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang