Salah Lagi

3.2K 274 48
                                    

Elora merebahkan tubuhnya pada ranjang queen size miliknya. Gadis itu mendesah lega telah berhasil merilekskan tubuh yang terasa tegang.

Beraktivitas seharian membuat tenaga Elora sedikit terkuras. Untung saja tadi ia membawa mobil, jika tidak, ia harus menunggu angkutan umum karena Felix yang biasa mengantar-jemputnya tidak masuk sekolah.

"Felix ke mana sih?" gumamnya pelan. Elora tampak cemas ketika mengingat Felix.

Gadis itu meraih handphone dari saku rok seragamnya. Ia tersenyum kecut saat tidak mendapati balasan dari Felix. Apa kekasihnya itu tidak berpikir jika saat ini ia tengah cemas? Elora memang selalu seperti itu, memikirkan Felix mati-matian padahal belum tentu Felix memikirkannya juga.

"Apa gue telepon bunda aja ya?" Tanya Elora pada dirinya sendiri. Karena gadis itu sudah cukup lama berpacaran dengan Felix, Elora jadi sangat akrab dengan bunda pacarnya itu. Elora sudah menganggap bunda Felix adalah mamanya sendiri. Wajar saja gadis itu terlihat sangat menyayangi bunda, ia memang masih mempunyai seorang mama, tapi beliau tidak pernah peduli padanya.

Gadis berzodiak Pisces itu mengotak-atik handphonenya lalu menempelkan di telinga. Pada dering ke tiga, suara wanita di seberang sana mengalun lembut menyapa gendang telinga Elora.

Gadis itu tersenyum lebar. "Assalamualaikum Bunda," ucapnya sopan.

"Waalaikumsalam sayang. Kenapa El?"

Elora menggigit mulut dalamnya gugup. "Em, Felix ada di rumah nggak Bun?" Tanya Elora dengan nada sedikit ragu.

"Sayang, kamu kayak ngomong sama siapa aja suaranya kedengaran takut gitu," jawab bunda. Wanita bersifat ceria itu tertawa saat menyelesaikan kalimatnya.

Elora terkekeh pelan untuk menjawab tawa dari bunda. "Iya Bunda."

Wanita di seberang sana ikut terkekeh pelan. "Gemesin banget sih calon menantu Bunda. Kamu tanya Felix ya? Felix nggak bilang sama kamu El? Dia 'kan sakit sayang."

Elora mengernyit terkejut. "Sakit Bunda?"

"Iya. Tadi malam tiba-tiba badannya panas banget, dia masuk angin."

Elora menghela napas panjang. Gadis itu sedikit panik. Tidak mendapat kabar Felix dari pagi, sekalinya dapat malah membuatnya tambah cemas. "Bunda sekarang Elora ke sana ya?  Elora beneran nggak tahu kalau Felix sakit." Suara Elora melirih di akhir kalimat.

"Kamu tenang sayang. Panasnya udah menurun kok. Kamu jangan terburu-buru ke sininya, bahaya."

Elora mengangguk. "Iya Bunda. Elora siap-siap dulu ya? Assalamualaikum Bunda."

"Waalaikumsalam."

Elora mematikan sambungannya. Gadis itu berlalu menuju kamar mandi dengan membawa pakaian santai, ia tampak terburu-buru mengganti pakaian.

Setelah selesai berganti pakaian, dengan cepat ia meraih tas selempangmya dan bergegas menuju rumah Felix.

Jika kalian bertanya ke mana orang tua Elora sehingga gadis itu tidak perlu meminta izin, jawabannya adalah mereka pergi bekerja dan mungkin tidak ingat untuk pulang.

Sesampainya di rumah Felix, Elora menghentikan mobilnya di depan rumah besar itu dan berlari menuju pintu utama rumah.

Elora mengetuk pintu dengan tidak sabar. Dalam ketukan ketiga, pintu lebar itu terbuka. Muncullah wanita paruh baya yang masih tampak muda.

"El," panggilnya. Elora tersenyum lebar lalu mencium punggung tangan bunda.

"Bunda keadaan Felix gimana?"

Wanita itu tersenyum hangat lalu menggiring Elora memasuki rumah. "Kamu lihat aja sendiri, sayang. Sekalian kamu ajak makan ya, kamu tahu kan dia rewel banget kalau sakit."

Tentang Luka (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang