o0o
"Masih pusing nggak?" Tanya Elora dengan tangan masih setia mengelus lembut surai hitam Felix. Elora sangat suka saat berada pada momen di mana ia harus memanjakan Felix seperti ini.
Rasanya ia ingin menghentikan waktu sehingga ia selalu berada di saat seperti sekarang, saat di mana Felix bersikap lembut padanya tanpa menaikkan nada bicara lelaki itu.
Felix berdeham pelan sebagai jawaban. Pandangan lelaki itu masih tertuju pada ponselnya yang menampilkan game kesukaannya sehingga tidak menghiraukan Elora yang berusaha mencuri perhatiannya.
"Ih udahan dong mainnya. Entar kepalanya tambah pusing loh," bujuk Elora agak kesal. Gadis itu mencoba untuk tidak membuat Felix marah, tapi lama-lama jengkel juga kalau diabaikan seperti ini.
Felix hanya diam, ia masih meneruskan gamenya dengan serius. Saat ini mereka berada di ruang tengah rumah Felix. Bunda tidak ada di rumah karena ada urusan di butiknya, sehingga wanita itu menitipkan Felix pada Elora.
Hari ini Felix masih belum bisa sekolah karena keadaannya masih kurang fit, jadi setelah pulang sekolah, Elora langsung menuju rumah Felix untuk menemani lelaki itu. Jika tidak, pasti Felix akan menganggap Elora tidak peduli padanya.
"Lix aku ngomong itu dengerin," ucap Elora yang sudah kepalang kesal. Posisi mereka saat ini Elora duduk di sofa dan Felix berbaring dengan paha Elora menjadi bantalannya. Posisi yang memudahkan Elora untuk mengelus kepala Felix sehingga sakit di kepala lelaki itu tidak terlalu terasa.
"Lo nggak lihat gue lagi ngapain?" Gumam Felix pelan seraya terus memainkan game di ponselnya. Elora menghela napas panjang. Felix memang keras kepala dan tidak mau diatur.
"Kamu masih sakit, jangan main game dulu, lebih baik istirahat biar besok bisa masuk sekolah," jawab Elora dengan nada sedikit ditegaskan. Kesal juga saat Felix menjadi keras kepala seperti ini.
"Kamu juga nggak mau makan. Kalau nggak makan, gimana mau sembuh?" lanjut Elora yang membuat Felix menghentikan pergerakan tangannya dari ponsel.
Felix menjeda game di ponselnya, ia diam sejenak untuk menetralkan rasa pusing di kepalanya sebelum menatap Elora datar. "Kok lo malah ngomel?"
Elora mengerutkan kening saat mendengar pertanyaan Felix yang menurutnya sedikit menyinggung. Kapan gadis itu mengomel? Tetapi ia sedikit gugup saat menatap ekspresi wajah Felix yang datar. "Y-ya aku cuma nggak mau kamu tambah sakit."
Felix tersenyum sinis. "Bukannya lo malah seneng gue sakit? Secara 'kan gue nggak masuk sekolah dan lo bisa bebas tebar pesona di sekolah tanpa pengawasan gue," jawab Felix dengan nada ketusnya. Tatapan datarnya menjadi tajam menusuk netra Elora yang terlihat gugup.
Elora menghela napas, berusaha menekan emosi dan rasa gugupnya. Berdebat dengan Felix tidak akan membuatnya menjadi pemenang. "Kok kamu ngomongnya gitu sih,,," jawab Elora dengan nada dilembutkan agar lelaki itu juga mencair.
Felix bangkit dari baringnya. Lelaki itu masih menatap Elora dengan tajam. "Bener 'kan?"
"Enggaklah!" Elora menjawab sedikit memekik. Ia merasa tidak terima jika dituduh yang tidak benar oleh Felix.
"Siniin hape lo," ucap Felix sembari mengulurkan tangan seraya menyenderkan kepalanya pada sandaran Sofa saat pusing kembali menyerang.
"Buat apa?" tanya Elora gugup.
Felix tersenyum sinis. "Kenapa? Lo takut gue tahu lo chattan sama cowok?" tanya balik Felix. Elora menggeleng cepat menanggapi tuduhan lelaki itu.
Setelah beberapa detik, Elora berdecak sebal. "Aku mana pernah chattan sama cowok. Kontak mereka aja aku nggak punya gara-gara kamu blok semua," balas Elora dengan pandangan lurus ke depan tanpa mau menatap Felix yang menyorotnya tajam.
Felix mengernyit tak suka mendengar jawaban dari Elora. "Jadi sekarang lo protes gue blok kontak cowok di handphone lo? Sekarang gue tanya, emang siapa cowok yang mau lo chatt, Hah?"
Elora menggigit bibir bawahnya. Ia benci berada di situasi seperti ini padahal ia sudah terbiasa mendapat wejangan pedas dari Felix. Sudah biasa jika ia mendapatkan kata-kata menusuk dari kekasihnya ini, tapi karena pada dasarnya ia seorang wanita yang memiliki hati selembut kapas, walaupun sudah terbiasa namun tetap saja akan terasa sakit.
"Bukan gitu sayaang," rengek Elora berharap lelaki keras itu meleleh. Ia berharap Felix akan berhenti membahas topik ini, tapi itu mustahil. Felix adalah tipe cowok yang sangat tempramental dan sulit dimanipulasi. Jadi seperti apapun Elora membujuk lelaki itu, maka Felix tidak akan luluh.
"Keganjenan banget lo ya mau punya kontak cowok segala," ketus Felix lalu merebut handphone milik Elora. Elora sedikit tertegun. Ganjen? Sejak kapan Elora ganjen dengan lelaki lain? Elora bahkan jarang menanggapi sapaan teman lelakinya jika bersama Felix.
Tanpa sadar, setitik air mata membasahi pipi gadis itu yang langsung ia usap. Kata-kata kasar dari mulut Felix memang sudah menjadi makanan sehari-harinya hampir dua tahun belakangan ini, tapi rasanya tetap saja sama. Sesak. Ia juga mau seperti perempuan lainnya yang diperlakukan lembut oleh pasangan.
"Aku bukan mau ganjen Lix. Aku cuma malu dibilang sombong sama mereka," lirih Elora. Benar sekali, ada beberapa cowok sekolahnya yang mengatai sombong karena selau memblokir kontak mereka. Tidak sedikit juga yang menghina Elora sok cantik sehingga sangat jual mahal dengan cowok di sekolahnya.
Tidak bosankah Felix membuatnya menangis setiap hari? Padahal Elora sudah berusaha agar tidak melakukan kesalahan sedikit pun, tapi Felix tetap saja menyalahkan Elora dan berujung membuat gadis itu menangis. Benar kata Rara, Redflag.
"Alasan," cibir Felix dengan ketus seraya tetap mengotak-atik ponsel Elora.
Elora menghela napas, berusaha menetralkan dirinya, gadis itu dengan perlahan mendekati Felix. "Aku minta maaf," ucapnya pelan. Padahal ia tidak tahu salah apa, tapi karena tidak mau perdebatan mereka menjadi panjang, ia hanya bisa minta maaf untuk menyelesaikannya.
Gadis itu mengguncang lengan Felix, berharap Felix memaafkannya.
Felix menatap Elora datar. "Gitu aja nangis," jawab Felix seraya mengusap lembut pipi Elora yang membasah. Lelaki itu jadi merasa bersalah telah membuat Elora menangis.
"Lo pikir sendiri, dikata ganjen sama cowok lo sendiri apa nggak sakit hati bego?!" Teriak Elora namun sayangnya hanya terucap dalam hati. Ia tidak punya banyak nyali untuk mengatakan itu pada Felix.
Bilang saja ia bodoh, memang itulah kenyataannya. Sudah berkali-kali di sakiti oleh Felix tapi tetap saja mau sabar dan memaafkan semua perlakuan buruk Felix padanya.
"Aku nggak peduli kamu menganggap hubungan ini seperti apa. Aku yakin kamu sebenarnya cinta sama aku Lix, tapi kamu nggak tahu cara menunjukkannya. Aku cinta kamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Luka (Re-post)
Novela Juvenil"Jangan telepon gue kalau nggak gue telepon duluan! Paham bahasa manusia nggak sih lo?!" Sentakan itu sedikit membuat Elora terjingkat. Gadis itu secara refleks mundur selangkah. "Maafin aku sayang, aku nggak tahu kalau kamu sibuk," cicit Elora de...