enam belas

2.2K 227 137
                                    

Hari ini adalah hari di mana sekolah akan diliburkan. Guru-guru mengadakan rapat untuk persiapan pelaksanaan pentas seni di sekolah. Hari Senin yang biasanya akan sibuk dengan banyak kegiatan di sekolah, maka berbeda dengan hari Senin kali ini.

Elora tersenyum lebar saat menemukan Felix di ruang tengah apartemen milik lelaki itu. Memang, sudah dua hari ini Elora menempati apartemen Felix karena tidak ingin merepotkan bunda.

Felix pun menyetujui itu karena ia akan bebas jika Elora berada di apartemen. Mereka tidak tinggal satu atap, Felix tetap tinggal di rumah bunda. Lelaki itu hanya akan sesekali saja berkunjung ke apartemen.

Dengan langkah lebar, Elora berjalan mendekati Felix yang saat ini memainkan ponselnya. Gadis itu duduk di sebelah Felix dengan senyum yang tidak luntur.

"Lix," panggilnya pelan. Felix hanya menjawab panggilan dari kekasihnya itu dengan bergumam.

"Kita mau jalan-jalan ya, hari ini?" tanya Elora dengan senyum lebarnya yang masih melekat di bibir. Ia sudah jarang sekali jalan dengan Felix. Lelaki itu selalu sibuk, entah itu dengan pekerjaannya atau pun dengan Rena.

Huh! Memikirkan tentang Rena membuat mood Elora sedikit memburuk. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan guna mengusir pikiran tentang Rena. "Lix," panggilnya lagi saat tidak mendapat jawaban dari sang lelaki.

"Apa?" jawab Felix pelan dengan pandangan tertuju pada ponsel di tangannya. Ia sibuk sendiri membuat Elora merasa kesal. Dengan sekali tarikan, Elora merebut ponsel Felix kasar lalu melemparnya ke sofa. Felix yang terkejut, mendongakkan kepala menatap Elora dengan tajam.

"Maksud lo apaan?!" Sentakan itu membuat Elora terjengkit pelan. Gadis itu menghela napas saat menatap mata penuh amarah Felix yang siap untuk menerkam.

"Aku ngomong dari tadi, kamu nggak jawab." Elora mengambil ponsel Felix dan membukanya. Helaan napas kembali keluar dari bibirnya. Rena. Ternyata gadis yang saat ini menjadi prioritas Felix yang mengganggu mereka.

"Rena lagi?" tanya Elora lirih. Matanya menatap sendu Felix yang membuat lelaki itu sedikit merasa bersalah.

"Kenapa harus Rena lagi? Aku ngijinin kamu buat pacaran sama dia bukan berarti kamu jadiin dia satu-satunya di hidup kamu dan kamu jadi lupain aku."

Felix merebut ponselnya dari tangan Elora. Rasa bersalah yang hinggap di hatinya beberapa detik lalu hilang tergantikan oleh amarah.

Ia hanya tidak suka mendengar Rena seakan menjadi pengganggu di hubungannya dengan Elora. Walaupun memang itu kenyataannya, tapi Felix tidak terima.

"Jangan ikut campur!"

Elora mengangguk dengan kecewa. "Rena itu cuma orang ketiga di hubungan kita Lix. Dia cuma figuran, sedangkan aku pemeran utamanya."

Air mata mengalir dari sudut mata Elora tanpa bisa dicegah. Memang menyakitkan jika dianggap pemeran sampingan padahal ia adalah tokoh utama. Tokoh utama yang tersingkirkan.

"Nggak tau diri!" Felix menatap tajam Elora. "Harusnya lo ngaca! Lo siapa ngatur gue? Lo yang pengganggu di hubungan gue sama Rena. Bukan sebaliknya. Ngaca dan buka mata lo lebar-lebar, Rena jauh lebih cantik dan sexy daripada lo."

Elora berdiri dari duduknya. "Lix. Di mata siapa pun, Rena akan tetap jadi perebut. Aku yang lebih dulu hadir di hidup kamu. Bukan Rena."

Gadis dengan pipi yang sudah terbasahi air mata itu tersenyum hambar. "Aku udah berkali-kali ngaca, dan jawabannya adalah aku yang lebih pantas buat kamu," lanjutnya pelan.

Felix tersenyum sinis seraya menatap Elora tajam. "Emang. Tapi, Rena bisa beri apa aja buat gue. Sedangkan lo? Lo nggak bahagiain gue sama sekali, udahlah El jangan buat semuanya jadi ribet.”

“Bukannya gua udah bilang kalo lo harus damai sama Rena? Dan ya, gue mau bilang sesuatu sama lo dan Rena, bentar lagi dia datang dan gua harap lo bisa ngerti.”

Lelaki itu bangkit dari duduknya saat bel apartemen berbunyi, ia lalu berjalan meninggalkan Elora yang saat ini menatap kosong punggung lebar Felix yang semakin menjauh.

Elora menghapus air matanya dan berpura-pura baik baik saja. Ia menatap datar Rena yang dengan santainya duduk di sofa dan tersenyum tanpa beban.

“Apartemen kamu gede juga Lix, kamu tinggal sendiri di sini?” tanyanya tanpa menghiraukan Elora.

“Iya tinggal sendiri.”

Elora mendengus, menyumpah serapahi Rena dalam hati. Ia mengalihkan perhatiannya pada handphone, mencoba meredam nyeri di dada dan emosinya.

Felix duduk di antara keduanya, senyum lelaki itu terbit saat ia memuji dirinya sendiri dalam hati yang dengan hebatnya bisa memacari dua cewek sekaligus.

“Naik apa tadi ke sini?” tangannya merapikan rambut Rena yang sedikit berantakan. Elora yang mendengar itu kembali mendengus.

“Aku pake taksi, kamu sih gak bisa jemput,” rengeknya dengan manja. Elora tertawa pelan. “Gua masih ada di sini ya kalo kalian lupa,” ucapnya dengan malas.

“Ganggu banget sih, lagian ngapain lo kesini?” tanya Rena dengan kesal.

“Suka suka gue lah, inget ya. ini apart cowo gua, pelakor mah harusnya malu ada disini.”

“El,” tegur Felix seraya mengelus Surai Elora. “Udah tenang dulu, kalo kalian berantem terus gimana gue bisa ngomong. Hm,” lanjutnya.

“Jadi kamu mau ngomong apa by?” tanya Rena dengan manja. Pantas saja Felix kelepek-kelepek, ternyata Rena seperti ini. Berbeda dengan Elora yang tidak berani untuk manja seperti itu.

“Gue mau kalian akur, jadi selama kalian jadi milik gue, kalian bakal tinggal di apart ini sama gue.”

Rena melotot, ia ingin mengeluarkan protesan, sebelum didahului oleh Elora. “Aku gak Sudi seatap sama pelakor.”

Rena menatap sinis Elora yang menatapnya malas. “Siapa juga yang mau seatap sama lo.” Gadis itu kembali menatap Felix. “Yaang gamauu,” rengeknya.

“Anying mau muntah gua,” sinis Elora yang mulai merasa gedeg dengan sikap Rena.

“Bilang aja lo iri kan, gua yang lebih Deket sama Felix.” Gadis itu memeluk lengan Felix manja.

Elora tertawa hambar. “Yang lo tempelin tu cowo gua.”

“Cowo gue juga kalo lo lupa.”

“Udah udah!” lerai Felix yang mulai capek dengan kedua perempuan ini. “Gak ada bantahan, kalian tetep tinggal di sini sama gue.”

--

TBC!

Gimana sama part kali ini?

Alhamdulilah tiga malam ini mood nulisku lebih bagus, semoga kedepannya tetep bagus biar bisa tamatin cerita ini:)

Gak kerasa udah satu tahun lebih cerita ini nangkring, gak tamat tamat:((

Tulis pendapat kalian tentang Elora dan Rena yang akur👉

Makasih buat yang selalu support!! Emm kalau boleh, bantu follow Ig aku yaaa hehehehe @rgtprayogi_

Tentang Luka (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang