Felix menekan beberapa nomor pada ketikan pasword yang melekat di pintu apartemennya. Memang Felix memiliki apartemen sendiri, ia membeli apartemen mewah ini dengan uang hasil keringatnya. Felix berusaha semaksimal mungkin untuk tidak merepotkan sang bunda dengan meminta uang untuk kebutuhannya sendiri pada wanita itu.
Sedari kelas sepuluh Felix memulai usaha kecil-kecilan yang sekarang sudah sedikit dikenal. Dulu, Felix tanpa malu menjual nasi goreng bungkus tiap hari untuk ia jajakan di sekolahnya. Karena ia siswa ajaran baru dengan visual yang membuat kaum hawa meronta, dagangan nasi gorengnya setiap hari terjual habis karena kaum hawa SMA Samudra berbondong-bondong untuk membelinya.
Enaknya punya penampilan yang good looking memang seperti itu, selalu menjadi terlihat dan menguntungkan bagi Felix. Berawal dari jualan nasi goreng, Felix memiliki beberapa bisnis yang lumayan terkenal, seperti kafe yang sudah bercabang di beberapa wilayah ibukota. Dan sekarang, ia sedang merancang bisnis barunya di dunia fashion.
Walaupun Felix sedikit bandel dan masih terlalu muda untuk berkecimpung di dunia bisnis, tapi ambisi lelaki itu terlalu besar untuk memantaskan diri menghasilkan uang dari pikiran dan kerja kerasnya, tanpa merepotkan sang bunda.
Felix termasuk lahir di keluarga yang sangat berkecukupan. Mendiang papanya mewariskan bisnis untuknya dan saat ini dikembangkan oleh bunda. Felix tidak pernah malu untuk jualan nasi goreng walaupun ia adalah anak orang kaya.
Papa Felix meninggal karena serangan jantung. Pria itu meninggalkan Felix dan bundanya saat usia Felix empat belas tahun, hampir lima tahun lalu.
Sekarang Felix sudah bisa membanggakan papa dan bundanya. Lelaki itu bangkit dengan usahanya sendiri. Walaupun dulu saat memulai usaha dua tahun lalu ia mendapat modal dari bundanya, tapi uang yang ia pinjam itu sudah ia kembalikan.
Beberapa bulan lalu, Felix juga mendirikan bisnis fashion yang lumayan berkembang. Karena visual Felix yang mendukung, lelaki itu juga menjadi salah satu kreator di beberapa media sosial. Salah satunya di tikt*ok. Ia sudah memiliki hampir dua juta followers, dan itu ia jadikan media untuk mempromosikan bisnisnya.
Kreatif bukan?
Makanya, jika kalian mengira Felix hanya beban untuk bundanya karena kerjaannya tawuran, balap liar, dan apapun itu, kalian salah. Felix melakukan semua itu semata hanya untuk refreshing saat ia mulai jenuh kerja saja.
Bagaimana? Ada yang mau nyalon jadi pacar kedua atau keberapanya Felix? Tapi tentu saja kalian bakal berhadapan dengan Elora.
Elora menghempas tubuhnya pada sofa depan ruang tv. Felix yang melihat itu bergerak mendekati Elora lalu berbaring dengan paha gadis itu yang menjadi bantalannya.
"Sayaang," panggil Elora pelan.
Felix berdeham menjawab panggilan Elora sembari memainkan iPadnya.
"Aku mau masak bentar, di kulkas udah ada bahannya kan?"
Felix mengangguk lalu meletakkan iPadnya di atas perut. Lelaki itu menatap wajah cantik Elora dari bawah.
"Cantik banget," pujinya sembari mengelus jemari Elora yang saat ini digenggamnya.
Pipi Elora bersemu. Jarang-jarang Felix memujinya cantik. Kan biasanya Felix selalu marah-marah nggak jelas.
"A-apaan sih. Tadi katanya jelek," jawab Elora malu-malu membuat Felix tertawa pelan.
Lelaki itu bangkit dari baringnya. "Tadi emang jelek, tapi sekarang udah cantik," ucap Felix. "Ke kamar yuk Ay," lanjut lelaki itu sembari mulai mengendus manja leher putih Elora.
Elora mengulum bibirnya menahan senyum lalu mulai berdiri dan berjalan ke arah kamar Felix diikuti dengan Felix yang masih menyender pada Elora.
"Berat tau," rengek Elora saat sudah duduk di tepi ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Luka (Re-post)
Teen Fiction"Jangan telepon gue kalau nggak gue telepon duluan! Paham bahasa manusia nggak sih lo?!" Sentakan itu sedikit membuat Elora terjingkat. Gadis itu secara refleks mundur selangkah. "Maafin aku sayang, aku nggak tahu kalau kamu sibuk," cicit Elora de...